LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN
“Analis Vegetasi di Hutan Senaru”
Oleh
Nim :
C1L013025
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
HALAMAN
PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai
salah satu syarat akhir laporan praktikum Ekologi hutan.
Mataram,11 Juli 2014
Mengetahui :
Co.ass
Ekologi
Praktikum
(MUDATSIR) (DONY
SUDIARTA PRATAMA)
NIM C1L011034 NIM C1L013025
NIM C1L011034 NIM C1L013025
KATA PENGANTAR
Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan,
kita tidak hanya di tuntut mengetahui dan memahami Ilmu Pengetahuan yang
dipelajari, tetapi juga harus bisa memaknai pengetahuan itu , sehingga mampu
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun
laporan ”Praktikum Ekologi”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hutan.
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada Ibu/Bapak Dosen
yang telah membimbing dan memberikan pelajaran mata kuliah Ekologi
Hutan, tak lupa pula ucapan trimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan Laporan Ekologi ini.
Penulis mengharapkan dengan adanya
laporan Ekologi ini mampu mengembangkan motivasi belajar yang lebih tinggi.
Penulis menyadari bahwa laporan klimatologi ini masih belum sempurna. Oleh
karen itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang dtunjukan demi
kesempurnan laporan Ekologi ini. semoga laporan ini berguna bagi pembelajaran
selanjutnya dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, Juli 2014
Dony
Sudiarta Pratama
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Taman nasional gunung rinjani merupakan
perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah hingga pegunungan
tinggi dan savana di Nusa Tenggara Barat. Dinyatakan sebagai taman nasional
oleh menteri kehutanan pada tahun 1990 dengan luas 41.330 ha. Dengan puncak ketinggian 3.726 m dpl.
Gunung Rinjani seluas 125.200 ha
mempunyai sebagai hutan lindung 51.500 ha, hutan produksi terbatas 9.935 ha,
hutan produksi biasa 22.975 ha serta suaka marga satwa 41.330 ha yang telah
menjadi Taman Nasional Gunung Rinjani sesuai dengan pernyataan Menteri
Kehutanan No. 448/Menhut – IV/90 tanggal 6 mei 1990.
Beberapa
tipe vegetasi yang terdapat di Taman Nasional yaitu hutan hujan tropis dataran
rendah, hutan hujan tropis pegunungan,
hutan sekunder, hutan bintangur, dan hutan cemara gunung sepanjang kawasan
danau segara anak. Vegetasi utama yang menyusun kawasannya adalah vegetasi
hutan pegunungan. Pada ketinggian 1000-2000 m ditumbuhi Garu (Dysoxylum sp), bajur (Ptrospermum javanicum) dan tumbuhan
lainnya. Sedangkan pada ketinggian 2000-3000 m vegetasi yang dominan adalah
cemara gunung ( Cassuarina junghuniana)
diatas 3000 m terdapat jenis rumput-rumputan terutama bunga abadi atau
edelweis.
Dari kawasan hutan yang yang terdapat
di Taman nasional Gunung rinjani kita dapat melakukan analis vegetasi tumbuhan
secara kuntitatif. Hasil analisis tumbuhan disajikan secara deskriptif mengenai
komposisi jenis dan struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya
dipengaruhi oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap spesies individu. Hal demikian
itu menyebabkan kelimpahan relatif sutu spesies yang dapat mempengaruhi fungsi
suatu komunitas, distribusi individu antarspesies dalam komunitas , bahkan
dapat memberikan pengaruh pada keseimbangan sistem dan akhirnya
berpengaruh pada stabilitas komunitas
(Soegianto, 1994).
Struktur komunitas tumbuhan memiliki
sifat kualitatif dan kuantitatif . dengan demikian dalam deskripsi struktur
komunitas tumbuhan dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter
kualitatif atau secara kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun,
persoalan yang penting dalam analisis konitas tumbuhan adalah bagaimana cara
mendapatkan data terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang
menyusun komunitas, parameter kuntitatif apa saja yang diperlukan, penyajian
data, dan interpretasi data agar dapat mengemukakan komposisi floristik serta
sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh (Gopal dan Bhardwaj,
1979).
B. Tujuan Praktikum
1.
Untuk
mengetahui analisis vegetasi
2.
Mengetahui
cara membuat petak
3.
Mengetahui
jenis dan tipe hutan
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas vegetasi pada tumbuhan
mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak
dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan
dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang
menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan,
setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu
yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon
atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai klas morfologi yang
berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon,
epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam
mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan
kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus
diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Untuk kepentingan deskripsi
suatu komunitas tumbuhan diperlukan tiga macam parameter kuantitatif antara
lain , densitas , frekuensi, dan dominansi ( Gopal dan Bardwaj). Sedangkan
untuk kepeluan deskripsi vegetasi tersebut ada tiga macam parameter kuantitatif
yang penting yaitu densitas, frekuensi dan kelindungan. Kelindungan yang
dimaksud adalah parameter dominansi (Kusmana, 1997).
Dalam penelitian ekologi hutan pada umumnya
para peneliti ingin mengetahui spesies tetumbuhan yang dominan yang memberi
ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tetumbuhan yang
dominan dalam komunitass dapat diketahui dengan mengukur dominansi tersebut.
Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa parameter, antara lain
biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks nilai penting, san
perbandingan nilai penting ( Kusmana, 1997).
Meskipun demikian, masih banyak parameter kuantitatif
yang dapat digunakan untuk mendeskripsi komunitas tumbuhan. Baik dari segi
struktur komunitas maupun tingkat kesamaannya dengan komunitas lainnya
(soegianto, 1994).
Metode pengambilan contoh untuk
analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan metode petak(
plot) , metode jalur, ataupun metode kuadran (soegianto,1994).
Metode petak dibagi dua yaitu metode petak
tunggal dan petak ganda. Petak tunggal hanya dibuat satu petak contoh dengan
ukuran tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas
tumbuhan. Petak ganda adalah pengambilan petak contoh vegetasi dengan
menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal yang
dipelajari, dan peletakan petakan contoh sebaiknya secara sistematis. Ukuran
tiap contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya. Ukuran petak untuk pohon dewassa adalah 20x20
m , fase tiang 10x10m , fase pancang 5x5m , dan fase semai serta tumbuhan bawah
menggunakan petak contoh berukuran 1x1 m atau 2x2 m ( Kusmana,1997).
Metode jalur merupakan metode yang paling
efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah ,
topografi, dan elevasi. Jalur- jalur topografi dibuat memotong garis kontur dan
sejajar satu dengan yang lainnya( Soerianegara dan indrawan, 1982).
Metode kuadran umumnya digunakan untuk
pengambilan contoh vegetassi tumbuhan jika hanya vegetassi fase pohon yang
menjadi objek kajiannya. Metode ini mudah dikerjakan, dan lebih cepat jika akan
dipergunakan untuk mengetahui komposisi jenis , tingkat dominansi, dan menaksir
volume pohon. Syarat penetapan metode kuadran adalah distribusi pohon yang akan
diteliti harus di acak. Dengan kata lain , bahwa metode ini kurang tepat
dipergunakan jika populasi pohon berdistribusi mengelompok atau seragam (
Kusmana, 1997).
BAB
III
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Praktikum ekologi hutan dilaksanakan
pada hari Minggu tanggal 24-27 mei 2014 pukul 16.00 Wita sampai dengan selesai di Hutan Senaru Jebak Gawah, Taman
Nasional Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Utara.
B. Alat
dan Bahan
Alat
·
Haga meter
·
Meteran
·
Tali raffia
·
Kompas
·
GPS
·
Alat tulis
·
Pita ukur/phi band
·
parang
·
tally sheet
·
kamera
Bahan
·
Pohon yang dijadikan sampel.
C.
Prosedur kerja
Cara kerja
·
Menentukan kerapatan dan distribusi
pohon menggunakan metode plot persegi
1.
dibuat plot persegi ukuran 20m x 20m
2.
dipilih tumbuhan yang diameternya lebih dari 60 cm (termasuk kelas pohon)
3.
diukur diameter setinggin dada, tinggi total, dan tinggi bebas cabang dari
setiap pohon
4.
ditentukan nama dari setiap pohon
5.dicatat
dari hasil pengamata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis
Vegetasi
NO
|
DATA PLOT
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
Nama lokal
|
Nama spesies
|
Family
|
|||||
1
|
Bajur
|
Pterospermum javanicum
|
Sterculiaceae
|
175
|
70
|
251
|
280
|
2
|
Bangsal
|
Engelhartia spicata
|
Juglandaceae
|
125
|
204, 337 ,625, 162
|
|
132, 107
|
3
|
Jepun cina
|
Symploccos sp
|
symplococaceae
|
223, 132
|
|
|
124,5, 74
|
4
|
Suren
|
Toona sureni
|
Meliaceae
|
113
|
86
|
|
|
5
|
Tanjung gunung
|
Acmela acuminatissia
|
Myrtaceae
|
176
|
|
|
|
6
|
Goak
|
Ficus variegate
|
Moraceae
|
230
|
|
|
|
7
|
Nyambuk gawah
|
Syzigium sp
|
Myrtaceae
|
|
87, 86
|
|
98
|
8
|
Sipit
|
Crypteronia paniculata
|
Crypteroniaceae
|
|
|
326
|
|
9
|
Temerek
|
saurauria pandala
|
Saurariaceae
|
|
|
96
|
|
10
|
Buni gawah
|
Antidesma tetandrum
|
Euphorbiaceae
|
|
|
165
|
|
11
|
Klokos udang
|
Syzigium hemsiliana
|
Myrtaceae
|
|
|
|
102,5
|
12
|
Buak odak
|
Ervatamia sphaerocarpa
|
Apocynaceae
|
|
|
86
|
|
Tabel 2. LBD per
spesies
Nama
|
K(cm)
|
D
|
d2
|
LBD (m2)
|
Total spesies
|
|
Bajur
|
175,70,251,280
|
0.55 ,0.22
,0.79, 0.89,
|
0.30, 0.04,
0.62, 0.79
|
0.237 , 0.002
, 0.489, 0.621
|
1349
|
|
Bangsal
|
125,204,337,625,162,132,107
|
0.39, 0.64,
1.07, 1.99, 0.51, 0.42, 0.34.
|
0.15, 0.40,
1.14 3.96, 0.26, 0.17, 0.11
|
0.119 ,
0.321, 3.594, 321, 0.20, 0.138, 0.090
|
325.462
|
|
Jepun cina
|
223,132,124,5
,74
|
0.71, 0.42,
0.39, 0.23
|
0.50, 0.17,
0.15, 0.05
|
0.395, 0.138,
0.119, 0.041
|
0.693
|
|
Suren
|
113,86
|
0.35, 0.27
|
0.12, 0.07
|
0.096, 0.152
|
0.248
|
|
Tanjung gunung
|
176
|
0.56
|
0.31
|
0.246
|
0.246
|
|
Goak
|
230
|
0.73
|
0.53
|
0.418
|
0.418
|
|
Nyambuk gawah
|
87,86,98
|
0.27, 0.27,
0.31
|
0.07 , 0.07,
0.09
|
0.057, 0.057,
0.30
|
0.414
|
|
Sipit
|
326
|
1.03
|
1.06
|
5.979
|
5.979
|
|
Temerek
|
96
|
0.30
|
0.09
|
0.070
|
0.070
|
|
Buni gawah
|
165
|
0.52
|
0.27
|
0.212
|
0.212
|
|
Klokos udang
|
102,5
|
0.32
|
0.10
|
0,078
|
0.078
|
|
Buak odak
|
86
|
0.27
|
0.07
|
0.05
|
0.05
|
|
Tabel 3 hasil analisis vegetasi
Nama lokal
|
Jumlah plot
|
Jumlah
individu
|
K
|
K-R (%)
|
F
|
F-R (%)
|
C
|
C-R (%)
|
1NP (%)
|
Bajur
|
4
|
4
|
25 pohon/ha
|
15%
|
1
|
18%
|
8.431
|
0.41%
|
33,41%
|
Bangsal
|
3
|
7
|
43 pohon/ha
|
26%
|
0.8
|
14%
|
2.034
|
96,98%
|
136.98%
|
Jepun cina
|
2
|
4
|
25 pohon/ha
|
15%
|
0.5
|
9%
|
4.331
|
0.212%
|
24.21%
|
Suren
|
2
|
2
|
12 pohon/ha
|
7%
|
0.5
|
9%
|
1.55
|
0.076%
|
16.07%
|
Tanjung Gunung
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
1.537
|
0.075%
|
8.075%
|
Goak
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
2.612
|
0.128%
|
8.128%
|
Nyambuk gawah
|
2
|
3
|
18 pohon/ha
|
10%
|
0.5
|
9%
|
2.587
|
0.126%
|
19.126%
|
Sipit
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
37.368
|
1.833%
|
9.833%
|
Temerek
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
0.43
|
0.021%
|
8.021%
|
Buni gawah
|
1
|
1
|
6
pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
1.325
|
0.065%
|
8.065%
|
Klokos udang
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
0.48
|
0.024%
|
8.024%
|
Buak odak
|
1
|
1
|
6 pohon/ha
|
3%
|
0.3
|
5%
|
0.312
|
0.032%
|
8.032%
|
B. Analis
data
Luas
plot x 4
(
20 x 20 ) x 4 = 1600 m2 = 0.16 ha
a.
Kerapatan
1.
Kerapatan
setiap jenis pohon
·
Bajur
= 25 pohon /ha
·
Bangsal
=
= 43 pohon/ha
·
Jepun
cina =
= 25 pohon/ha
·
Suren
=
= 12 pohon/ha
·
Tanjung
gunung
= 6 pohon/ha
·
Goak
= 6 pohon/ha
·
Nyambuk
gawah =
= 18 pohon /ha
·
Sipit
= 6 pohon / ha
·
Temerek
=
= 6 pohon / ha
·
Buni
gawah
= 6 pohon / ha
·
Klokos
udang
= 6 pohon/ha
·
Buah
odak
= 6 pohon/ha
Jumlah : 165 pohon / ha
2.
Ukuran
relatif setiap jenis pohon
·
Bajur
x 100% = 15 %
·
Bangsal
x 100% = 26 %
·
Jepun
cina
x 100% = 15%
·
Suren
=
x 100% = 7%
·
Tanjung
gunung
x 100% = 3%
·
Goak
x 100% = 3%
·
Nyambuk
gawah
x 100% = 10%
·
Sipit
x 100% = 3%
·
Temerek
x 100% = 3%
·
Buni
gawah
x 100% = 3%
·
Klokos
udang
x 100% = 3%
·
Buah
odak
x 100% = 3%
b.
Frekuensi
1.
Frekuensi
setiap spesies pohon
·
Bajur
= 1
·
Bangsal
=
= 0,8
·
Jepun
cina=
= 0,5
·
Suren
=
= 0,5
·
Tanjung
gunung
= 0,3
·
Goak
= 0,3
·
Nyambuk
gawah =
= 0,5
·
Sipit
= 0,3
·
Temerek
= 0,3
·
Buni
gawah
= 0,3
·
Klokos
udang
= 0,3
·
Buah
odak
= 0,3
Jumlah = 5,4
2.
Frekuensi
relatif setiap spesies pohon
·
Bajur
x 100% = 18 %
·
Bangsal
x 100% = 14%
·
Jepun
cina
x 100% = 9%
·
Suren
x 100% = 9%
·
Tanjung
gunung
x 100% = 5%
·
Goak
x 100% = 5%
·
Nyambuk
gawah
x 100% = 9%
·
Sipit
x 100% = 5%
·
Temerek
x 100% = 5%
·
Buni
gawah
x 100% = 5%
·
Klokos
udang
x 100% = 5%
·
Buah
odak
x 100% = 5%
c.
Dominansi
1.
Luas
bidang dasar (K lingkaran=
d ; Llingkaran =
d2 )
·
Bajur
; d1
= 55,73 cm = 0,55m
L1 =
x 3,14 x 0,552 = 0,237 m2
d2 =
= 22,29 cm = 0,22 m
L2 =
x 3,14 x 0,222 = 0,002m2
d3 =
= 79,93 cm = 0,79 m
L3 =
x 3,14 x 0,792 = 0,489m2
d4 =
= 89,17 cm = 0,89 m
L4 =
x 3,14 x 0,892 = 0,621m2
·
Jepun
cina
d1
= 71,01 cm = 0,71 m
L1 =
x 3,14 x 0,712 = 0,395 m2
d2 =
= 42,03 cm = 0,42 m
L2 =
x 3,14 x 0,422 = 0,138 m2
d3 =
= 39,64 cm = 0,39 m
L3 =
x 3,14 x 0,392 = 0,119m2
d4 =
= 23,56 cm = 0,23 m
L4 =
x 3,14 x 0,232 = 0,041m2
·
Suren
d1
= 35,98 cm = 0,35 m
L1 =
x 3,14 x 0,352 = 0,096 m2
d2 =
= 27,38 cm = 0,27 m
L2 =
x 3,14 x 0,272 = 0,152 m2
·
Tanjung
gunung
d1
= 56,05 cm = 0,56 m
L1 =
x 3,14 x 0,562 = 0,246 m2
·
Bangsal
d1
= 39,80 cm = 0,39 m
L1 =
x 3,14 x 0,392 = 0,119 m2
d2 =
= 64,96 cm = 0,64 m
L2 =
x 3,14 x 0,642 = 0,321 m2
d3 =
= 107,32 cm = 1,0732 m
L3 =
x 3,14 x 1,07322 = 3,594m2
d4 =
= 199,04 cm = 199 m
L4 =
x 3,14 x 1992 = 312m2
d5 =
= 51,59 cm = 0,51 m
L5 =
x 3,14 x 0,512 = 0,20m2
d6 =
= 42,03 cm = 0,42 m
L6 =
x 3,14 x 0,422 = 0,138m2
d7=
= 34,07 cm = 0,34 m
L7 =
x 3,14 x 0,0,342 = 0,090m2
·
Goak
d1
= 73,24 cm = 0,73 m
L1 =
x 3,14 x 0,732 = 0,418 m2
·
Nyambuk
gawah
d1
= 27,70 cm = 0,27 m
L1 =
x 3,14 x 0,272 = 0,057 m2
d2 =
= 27,38 cm = 0,27m
L2 =
x 3,14 x 0,272 = 0,057 m2
d3 =
= 31,21 cm = 0,31 m
L3 =
x 3,14 x 0,312 = 0,30 m2
·
Sipit
d1
= 103,82 cm = 1,038 m
L1 =
x 3,14 x 1,0382 = 5,979 m2
·
Temerek
d1
= 30,57 cm = 0,30 m
L1 =
x 3,14 x 0,302 = 0,070 m2
·
Buni
gawah
d1
= 52,54 cm = 0,52 m
L1 =
x 3,14 x 0,522 = 0,212 m2
·
Klokos
udang
d1
= 32,64cm = 0,32 m
L1 =
x 3,14 x 0,322 = 0,07 m2
·
Buak
odak
d1
= 27,38 cm = 0,27 m
L1 =
x 3,14 x 0,272 = 0,05 m2
d.
INP
·
Bajur
= 15%+18%+0,41%=33,41%
·
Bangsal
=26%+14%+96,98= 136,98%
·
Jepun
= 15%+9%+0,212% = 24,21%
·
Suren
= 7%+9%+0,076%= 16,07%
·
Tanjung
= 3%+5%+0,75%= 8,075%
·
Goak
=3%+5%+0,128 = 8,128%
·
Nyambuk
gawah = 10%+9%+0,126= 19,126%
·
Sipit
= 3%+5%+1,833% = 9,833%
·
Temerek
= 3%+5%+0,021%= 8,021 %
·
Buni
= 3%+5%+ 0,065%= 8,065%
·
Klokos
udang = 3%+5%+0,024%= 8,024%
·
Buak
odak = 3%+5%+0,032%= 8,032%
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data lapangan, jenis yang
paling tinggi atau yang paling mendominasi adalah Bajur atau Pterospermum javanicum yang terdapat pada semua
plot. Sedangkan jumlah pohon yang terbanyak adalah Bangsal atau Engelhartia spicata yang tumbuh terbanyak,
jumlah pohon yang paling sedikit adalah Klokos udang (Syzigium hemsiliana), Buni gawah Antidesma
tetandrum), Temerek (saurauria pandala), Sipit (Crypteronia
paniculata), Goak (Ficus variegate), Tanjung gunung (Acmela
acuminatissia).
Pohon yang paling dominan adalah
bangsal dengan indeks nilai penting (INP= 136.98%), kemudian bajur dengan INP=
33.41% , jepun INP =24.21%, dan nyambuk gawah INP=19.126%. adapun yang terendah
adalah temerek dengan INP= 8.021%. Pertumbuhan pohon berbeda-beda karena kondisi
geografis yang berupa kondisi tanah, kondisi kemiringan lahan, air dan faktor
lainnya misalnya Faktor radiasi surya (matahari). Dalam pengukuran batang mulai
dari diameter batang, tinggi batang, bebas cabang, dan tinggi batang total, yang
menggunakan meteran dan tembak ukur.
Bangsal juga memiliki kerapatan
yang tinggi hal ini menunjukkan bahwa bangsal tumbuh dengan baik . bangsal
menyukai tempat yang terbuka dan tidak suka di naungi. Sehingga pada saat
praktikum kami mendapatkan bangsal dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah
asalkan terkena sinar matahari sepenuhnya. Kami mendapati bangsal tumbuh pada
jebak gawah dan diatas pos 3 atau cemara 5. Namun bangsal yang ada pada daratan
tinggi dengan bangssal yang ada di dataran rendah memiliki perbedaan .
diantaranya bangsal yang kami temukan di jebak gawah memiliki daun yang cukup
lebar, sedangkan bangsal yang tumbuh di cemara 5 memiliki daun yang
kecil-kecil.
Ketinggian daerah sangat mempengaruhi
pertumbuhan pohon misalnya pertumbuhan batang, akar, daun, bunga, buah dan
sebagainya, itu karena pohon terpengaruh dengan kondisi iklim, tanah, air, suhu
udara, kelembaban, dan sebagainya, yang bisa dibuktikan dengan tumbuhan kelokos
udang yang tidak terdapat tumbuh pada daerah yang lebih tinggi lagi, justru
yang tumbuh pada puncak gunung rinjani adalah Rumput dan Cemara.
Berdasarkan hasil praktikum bajur
merupakan pohon yang tersebar di semua plot baik dari plot 1-4 . hal ini
menunjukkan bahwa bajur memiliki sebaran yang tinggi jika dibandingkan dengan
pohon lainnya yang tumbuh di tempat pemasangan plot.
Sipit, goak, tanjung gunung, temerek,
buni gawah, klokos udang dan buak odak sama memiliki kerapatan yang rendah
yaitu 6 pohon/ha nya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat di simpukan :
1. jenis yang paling tinggi atau yang
paling mendominasi adalah Bajur atau Pterospermum javanicum yang terdapat pada semua plot.
2. jumlah pohon yang terbanyak adalah
Bangsal atau Engelhartia spicata yang
tumbuh terbanyak pada plot namun pada plot II.
3.
jumlah
pohon yang paling sedikit adalah Klokos udang (Syzigium
hemsiliana), Buni
gawah Antidesma tetandrum), Temerek
(saurauria pandala), Sipit (Crypteronia paniculata), Goak (Ficus
variegate), Tanjung gunung (Acmela acuminatissia).
4. Pengukuran
batang mulai dari diameter batang, tinggi batang bebas cabang, dan tinggi
batang total
5. Ketinggian
daerah sangat mempengaruhi pertumbuhan setiap pohon, karena pohon terpengaruh
dengan kondisi iklim, tanah, air dan sebagainya
B. Saran
Diharapkan agar dalam pelaksanaan praktek
berikutnya dapat memberikan arahan dan informasi yang lebih jelas dan akurat,
agar para praktikan tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan laporan dan
perhitungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto,
Ir. 2010. Ekologi Hutan.
Bandar Lampung. Penerbit Bumi Aksara.
Kurniawan,
Agung. 2008. Asosiasi Jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran
Rendah Cagar Alam Tangkoko, Bitung, Sulawesi Utara. Jurusan
Biologi
FMIPA UNS
Surakarta.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.
Soerianegara, I. Dan Indrawan. 1978.
Ekologi Hutan Indonesia.
Bogor: Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutana,
IPB
Indriyanto.
2005. Dendrologi. Bandar
Lampung: Penerbit Universitas Lampung.
Gopal, B. dan
N. Bhardwaj. 1979.Elements of ecology.
Departement of Botany.
Rajastan Univercity Jaipur,
India
Kusmana, C.
1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Bogor : Jurusan
manajemen hutan Fakultas
Kehutanan IPB.