LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU KAYU
Oleh
Dony Sudiarta Pratama
(C1L013025)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini disusun sebagai
salah satu syarat mengikuti laporan akhir dan syarat untuk kelulusan mata
kuliah Ilmu Kayu.
Mataram, 23 Desember 2014
Mengetahui,
Praktikan, Co.Ass,
(Dony Sudiarta Pratama) (Sahrullah)
C1L013025 C1L012075
KATA PENGANTAR
Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan, kita tidak hanya dituntut mengetahui
dan memahami Ilmu Pengetahuan yang dipelajari, tetapi juga harus bisa memaknai pengetahuan
itu, sehingga mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, Karena rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan dan dapat menyusun laporan
”Praktikum Ilmu Kayu”. Guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kayu.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
Ibu/Bapak Dosen dan Co.Ass yang telah membimbing dan memberikan pelajaran mata
kuliah Ilmu Kayu, taklupa pula ucapan trima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam menyelesaikan laporan Ilmu Kayu ini.
Penulis mengharapkan dengan adanya laporan Ilmu Kayu ini mampu
mengembangkan motivasi belajar yang lebih tinggi. Penulis menyadari bahwa
laporan Ilmu Kayu ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnan laporan Ilmu
Kayu ini. semoga laporan ini berguna bagi pembelajaran selanjutnya dan bisa
bermanfaat bagi kita semua.
Mataram, 24 Desember 2014
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
JUDUL........................................................................................................... i
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................................. ii
KATA
PENGANTAR.......................................................................................................... iii
DAFTAR
ISI....................................................................................................................... iv
DAFTAR
TABEL................................................................................................................ vi
DAFTAR GRAFIK............................................................................................................. vii
BAB.
I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................ 1
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 2
2.1 Fisika kayu.................................................................................................... 2
2.1.1 Perubahan Dimensi Kayu......................................................................... 2
2.1.2
Kadar Air Kayu........................................................................................ 3
2.1.3
Berat Jenis Kayu...................................................................................... 3
2.2
Fisika Kayu Rajumas (Duabanga mollucana)......................................... 4
BAB. III METODOLOGI PRAKTIKUM.................................................................. 7
3.1 Waktu Dan Tempat Praktikum................................................................... 7
3.2 Alat Dan Bahan............................................................................................ 7
3.2.1 Alat............................................................................................................ 7
3.2.2 Bahan........................................................................................................ 7
3.3
Cara Kerja................................................................................................... 7
3.3.1
Fisika Kayu.............................................................................................. 7
3.3.1.1
Perubahan Dimensi Kayu...................................................................... 7
3.3.1.2 Kadar Air Kayu..................................................................................... 8
3.3.1.3 Berat Jenis Kayu.................................................................................. 9
BAB. IV HASIL PENGAMATAN............................................................................... 10
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................... 10
4.1.1 Pengukuran Berat dan Volume Kayu Ukuran 2x2x2 cm...................... 10
4.1.2 Pengukuran Berat dan Dimensi Kayu Ukuran 2x2x4........................... 10
4.1.3 Pengukuran Kering Tanur Kayu Ukuran 2x2x2 cm.............................. 10
4.1.4 Pengukuran Kering Tanur Kayu Ukuran 2x2x4.................................... 11
4.1.5 Pengukuran Kadar Air Kayu Rajumas.................................................. 11
4.1.6 Pengamatan Berat Jenis Kayu Ukuran 2x2x2 cm................................ 12
4.1.7 Data Hasil
Pengamatan Kadar Air Kayu di Empat Kelompok.............. 12
4.1.8 Data Hasil Pengamatan Berat Jenis Kayu di Empat Kelompok........... 13
BAB. V PEMBAHASAN............................................................................................. 14
BAB. VI
PENUTUP...................................................................................................... 19
6.1 Kesimpulan................................................................................................. 19
6.2 Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 20
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Halaman
Tabel. 1 Pengamatan Berat dan Volume Ukuran 2x2x2 cm................................................. 10
Tabel. 2 Pengamatan Berat dan Volume Kayu Ukuran
2x2x4 cm...................................... 10
Tabel. 3 Pengukuran Empat Hari Kering Tanur
Kayu....................................................... 11
Tabel. 4 Pengukuran Kering Tanur Kayu rajumas Ukuran
2x2x4 cm................................ 11
Tabel. 5 Pengamatan Kadar Air
Kayu................................................................................. 11
Tabel. 6 Berat Jensi
Kayu.................................................................................................... 12
Tabel. 7 Perbandingan Kadar Air
Kayu.............................................................................. 12
Tabel. 8 Perbandingan Berat Jenis
Kayu........................................................................... 13
DAFTAR GRAFIK
Grafik. 1 Pengukuran Berat
Kering Udara................................................................. 14
Grafik. 2 Perbedaan Berat
kayu.................................................................................... 16
Grafik. 3 Perbedaan Dimensi
Kayu............................................................................... 17
Grafik. 4 Perbandingan Berat
Antar Kelompok........................................................... 18
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan bahan yang porus di mana struktur
anatominya sangat mempengaruhi aliran cairan dan gas di dalamnya. Hubungan
antara struktur anatomi kayu dengan kemampuan mengalirkan cairan telah
dipelajari oleh beberapa peneliti, baik pada kayu daun lebar maupun kayu daun
jarum (Bamber dan Burley 1983). Kayu adalah hasil metabolisme dari mahluk hidup yaitu
pohon yang mempunyai sifat-sifat tertentu yang terdiri dari seluosa dan lignin
pada dinding sel dan berbagai jaringan di batang.
Kadar air kayu merupakan banyaknya air yang dikandung
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Pengaruh
perubahan dimensi yang disebabkan karena absorpsi atau desorpsi air terikat
terjadi pada kondisi kadar air dibawah titik jenuh serat (TJS). Peristiwa ini
dikenal dengan pengembangan dan penyusutan kayu.
Berat jenis kayu adalah berat pervolume benda tertentu
dari suatu bahan dibagi dengan berat air pada volume yang sama, semakin besar
dinding sel dan semakin rapat maka berat jenis kayu tinggi, sebaliknya semakin
tipis dinding sel dan semakin berongga maka berat jenis rendah.
Di bidang ilmu kehutanan khususnya ilmu kayu mempelajari
Sifat fisis kayu dan anatomi kayu secara lengkap, sangat penting mengetahui
perbedaan sifat-sifat pada kayu dan berbagai jenis kayu yang berbeda.
Sifat-sifat kayu erat kaitannya dengan pemanfaatan kayu itu sendiri sebagai
bahan baku bangunan maupun industri. Dengan mengenal sifat kayu dengan tepat,
maka kemungkinan mendapatkan masalah dari penggunaan kayu yang tidak cocok
untuk peruntukannya dapat ditekan. Sehingga dalam bidang kehutanan sangat
berguna untuk pengetahuan mengenai kayu.
Melalui praktikum ilmu kayu ini semua pembahasan lebih
mengenai kayu bisa didapatkan, sehingga menunjang kuliah khususnya dibidang
kehutanan.
1.2 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ilmu kayu ini adalah :
1. Untuk mengetahui nilai kadar air, berat jenis dan
penyusutan kayu Rajumas
2. Untuk mengetahui
hubungan antara kadar air, berat jenis dan penyusutan kayu
3. Untuk mengetahui
rasio rata-rata perubahan dimensi tangensial dan radial.
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisika Kayu
Fisika kayu terdiri dari tiga kategori yaitu dimensi
kayu, kadar air kayu, dan berat jenis kayu. Fisika kayu tidak lepas dari zat
kimia penyusun kayu yang di mana komponen kimia sangat berpengaruh terhadap
dimensi kayu, kadar air kayu, dan berat jenis kayu. Kayu pada umumnya mempunyai volume ruang yang
secara tidak langsung berubah-ubah sesuai kondisi keadaan yang diberlakukan
terhadap kayu. Perubahan dimensi kayu adalah perubahan yang terjadi karena
perlakuan yang diberikan kepada kayu misalnya dingin, panas dan kering udara.
Adapun perubahan dimensi kayu terdiri dari pengembangan dan penyusutan yaitu
suatu proses yang benar-benar saling berkebalikan. Jika kayu kehilangan air di
bawah Titik Jenuh Seratnya (TJS) maka kayu akan menyusut, sebaliknya jika air
memasuki struktur dinding sel kayu maka kayu akan mengembang, sehingga mengubah
dimensi kayu. (Hadjib, N. 2006)
Kayu pada pertumbuhannya membutuhkan air dalam proses
fotosintesis, metabolisme dan sebagainya, sehingga dalam kayu tetumbuhan
terdapat kadar air tertentu yang menyusunnya di mana air diikat oleh seluosa
dan zat kimia yang lain. Berat jenis kayu adalah perbandingan antara kerapatan
kayu dengan kerapatan benda standar (ar), sehingga BJ tidak memiliki satuan.
Sedangkan kerapatan adalah berat/massa kayu tanpa kandungan air per satuan
volum. BJ kayu dapat ditentukan pada berbagai kondisi kadar air kayu (basah,
segar, kering maupun kering tanur). (Hill. 2006).
2.1.1 Perubahan Dimensi Kayu
Kayu merupakan komposit biopolimer berdimensi tuga
yang mengandung phase solid dan kosong (votd). Kayu tersusun atas berbagai
jenis sel, yang terbagi menjadi dinding sel dan rongga sel. Air sebagai salah
satu kebutuhan dalam pertumbuhan pohon akan mengisi dinding sel dan rongga sel
kayu. Air pada sel terdiri dari air terikat, air bebas dan uap. Adalah air yang
terdapat pada rongga sel. Air bebas akan mempengaruhi berat kayu sedangkan air
terikat akan mempengaruhi berat dan dimensi kayu. Kadar air kayu antara kering
tanur dan titik jenuh serat (TJS) (21-32%), air terakumulasi berada pada
dinding sel (air terikat). Kadar air di atas TJS, air terakumulas pada rongga sel (air bebas). (Hill. 2006).
Menurut Rowell 1984, memodifikasi kimia gugus
hidroksil pada kayu dengan anhidrida asetat akan mengeliminasi hidroksil
sehingga membuat kayu bersifat hidrofobik dan dimensinya stabil. Sedangkan
menurut Hill. 2006. Sebagian besar lignoselulosa bersifat higroskois yan dapat
menyebabkan ketidakstabilan dimensi, karena mudah menyerap dan mengeluarkan
air. Untuk mengatasi masalah ini sebagian besar penelitian mengenai modifikasi
kimia kayu dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dimensi kayu dan ketahanan
kayu terhadap serangan biologis.
2.1.2 Kadar Air Kayu
Kadar air kayu
merupakan bahan yang mempunyai sifat
higroskopis, dapat menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar
air dapat berubah-ubah sesuai dengan suhu dan kelembaban.
Kadar air merupakan gambaran mengenai
banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kadar
air didefinisikan
sebagai berat air yang dinyatakan sebagai persen
berat kayu bebas air atau kering tanur. (Haygreen
dan Bowyer, 1996).
Menurut Hill 2006, kayu merupakan bahan bersifat
higroskopis karena polimer dinding selnya mengandung gugus hidroksil yang
reaktif. Pada lingkungan yang mengandung uap air, kayu kering akan menyerap uap
air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan. Begitu juga kayu yang
jenuh air ketika ditempatkan ditempat yang kelembaban relatifnya lebih rendah
akan kehilangan uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan. Sedangkan menurut USDA (1974) kadar air kayu didefinisikan sebagai
berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya
dalam persen dari berat 50.
2.1.3 Berat Jenis Kayu
Yang dimaksud
dengan berat jenis dalam hal ini
adalah perbandingan berat dengan volume dalam keadaan kering udara dengan kadar
air sekitar 15 persen. Nilai berat jenis yang dicantumkan dalam risalah ini
adalah nilai rata-ratanya. Tetapi untuk memperoleh gambaran mengenai variasi
berat jenis dalam riap jenis kayu, di antara tanda kurung dicantumkan juga
nilai minimum dan maksimum empiris yang telah diamati pada contoh kayu yang
bersangkutan. Misalnya berat jenis kayu jati ditulis sebagai berikut : 0.67
(0.62 – 0.75). (Abdurahim. 2005).
Berat jenis kayu adalah
rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air. Berat jenis
disebut juga kerapatan relative (Tsoumis, 1991). Simpon, et.al, (1999).
Mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan
kerapatan air pada kondisi anomali air (4,0C), di mana kerapatan air
pada kondisi tersebut besarnya adalah 1 g/cm3.
Untuk menentukan berat jenis kayu digunakan berat kering
oven dan volume pada (a) basah, (b) kering oven, dan (c) pada kadar air 12%
(Forest Products Laboratory, 1999). Di Amerika lebih disukai ukuran berat jenis
kayu menurut volume berat basah, sedang di Eropa lebih disukai volume berat
kering tanur, besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan tergantung
dari : kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta kandungan air
kayu. Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat
kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari :
a. kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu
< 0,3
b. kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu
0,36-0,56
c. kayu dengan berat berat, bila BJ kayu
> 0,56
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu
yatu umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh.
Berat jenis kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan
dengan penggunaannya (Pandit dan Hikmat, 2002).
2.2 Fisika Kayu Rajumas (Duabanga mollucana)
Duabanga moluccana dalam bahasa daerah di Kaltim ( Berau
) dikenal dengan nama Bulung-bulung atau ada yang menyebut Benuang laki, sedang
di Jawa disebut pohon takir. Tanaman ini termasuk dalam famili Sonneratiacea.
Tinggi pohon dapat mencapai 25 hingga 45 meter dengan diameter batangnya dapat
mencapai 70 – 100 cm. Duabanga moluccana banyak tumbuh di Indonesia
bagian timur. Di Jawa terutama tumbuh di daerah Besuki pada ketinggian 300 –
900 meter dari permukaan laut, sedang di Jawa Barat dan Jawa Tengah tidak
ditemukan ( K. Heyne, 1950 ).
Diskripsi kayu Benuang
laki merupakan pohon yang tnggi yang umumnya mencapai 45 m, dengan diameter 150 cm. Batangnya tegak, bulat
torak, tidak berbanir, dengan panjang bebas cabang 25 m. Kulit batang berwarna
abu-abu/coklat, beralur dangkal, sedikit mengelupas. Pepagan berwarna coklat hingga
kuning muda, pada bagian dalam
berwarna putih atau kuning muda. Tajuk membulat,
percabangan agak mendatar. Ranting muda dan daun muda tertutup bulu coklat yang
pendek dan lebat. Daunnya saling
berhadapan. Tebal, kaku,
bundar panjang hingga melanset, yang pada awalnya membentuk hati dan ujungnya
melancip. Benuang laki berurat daun banyak dan urat daun sekunder melengkung
pada tepi sehingga membentuk urat daun pinggir. Urat daun yang lebih kecil
tersusun seperti jala.
(Richer. H.G. 2013).
Richer.
H.G. 2013 juga mengemukakan tentang bunga dari Duabanga mollucana yaitu Bunga tersusun dalam perbungaan dalam malai yang tumbuh di
ujunga ranting. Buahnya berupa buah
kotak, yang bila sudah kering, akan pecah dan berbentuk bulat telur panjang. Musim
berbunga sekalian berbuah terjadi pada Juli-Agustus. Buahnya kecil-kecil diisi
dengan biji yang bersayap.
Kayu teras benuang laki berwarna
coklat hingga coklat tua. Kayu gubalnya putih dengan batas yang tidak jelas
antara kedua bagian kayu tersebut. Kayunya ringan (BJ 0.39) dengan kelas keawetan IV-V dan
dengan kelas kekuatan III-IV, mudah dikerjakan dan cocok untuk pembuatan kayu lapis,
bahan konstruksi dan dipakai untuk membuat perahu. Di Nusa Tenggara,
benuang laki diekspor. (Richter, H.G. 1999).
Kayu Duabanga
mollucana adalah kayu yang ringan dengan daya hantar listrik yang tidak
terlalu baik jika kedaan kering udara dan kering tanur namun jika kondisi kayu
basah maka daya antar listrik baik, dari itulah perbedaan dan perubahan
pengaruh pemberlakuan kayu terhadap air, bukan itu saja pengaruh air terhadap kayu
juga berpengaruh terhadap dimensi, volume dan berat jenis kayu. Untuk
menentukan perubahan dimensi kayu, kadar air dan berat jenis kayu digunakan
berat kering oven dan volume pada (a) basah, (b) kering oven, dan (c) pada
kadar air 12% (Forest Products Laboratory, 1999).
Kayu Duabanga Mollucana pada umumnya adalah
kayu seperti kayu yang lain merupakan bahan bersifat higroskopis karena polimer
dinding selnya mengandung gugus hidroksil yang reaktif. Pada lingkungan yang
mengandung uap air, kayu kering akan menyerap uap air sampai kadar air
kesetimbangan dengan lingkungan. Begitu juga kayu yang jenuh air ketika
ditempatkan ditempat yang kelembaban relatifnya lebih rendah akan kehilangan
uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan(Hill. 2006).
Hill. 2006 juga
mengemukakan air bebas akan mempengaruhi berat kayu sedangkan air terikat akan
mempengaruhi berat dan dimensi kayu. Kadar air kayu antara kering tanur dan titik jenuh serat (TJS )
(21-32%), air terakumulasi berada pada dinding sel (air terikat). Kadar air di
atas TJS, air terakumulas pada rongga
sel. Namun dalam air terikat itu tidak lepas dari zat kimia yang terkandung
dalam kayu sehingga saat adanya air mengakibatkan memodifikasi kimia gugus
hidroksil pada kayu dengan anhidrida asetat akan mengeliminasi hidroksil
sehingga membuat kayu bersifat hidrofobik dan dimensinya stabil.
BAB. III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum ilmu kayu ini dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 29 November 2014, Pukul 14:30 - selesai, bertempat di Laboratorium Ilmu
Kayu dan kebun Kehutanan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat
yang digunakan dalam praktikum Ilmu Kayu ini adalah :
3.2.1 Alat
1.
Oven
2.
Caliper
3.
Gergaji
4.
Spidol warna
5.
Timbangan
6.
Pisau
7.
Penggaris
8.
Buku Praktikum
3.2.2
Bahan
Adapun bahan
yang digunakan dalam praktikum Ilmu Kayu ini adalah :
1.
Kayu
2.
Alat Tulis
3.
Lembar Pengamatan
3.3 Cara
Kerja
3.3.1 Fisika Kayu
3.3.1.1 Perubahan
Dimensi Kayu
Adapun cara
kerja untuk mengetahui perubahan dimensi kayu dalam praktikum ini adalah :
1.
Disiapkan disk ( lempeng kayu) yang
berkondisi segar dengan tebal 4 cm, yang akan digergaji menjadi sampel
pengukuran dimensi kayu.
2.
Diberi gambar bentuk bujur sangkar
dengan ukuran 2 x 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui
pusat disk.
3.
Digergaji disk sesuai dengan ambaran
yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 x 2 x 4 cm ,
diberi kode dengan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan diberi
tanda arah radial, tangensial, dan longitudinal.
4.
Diukur dimensi awal dari contoh uji
pada tempat atau bagian yang telah diberi garis yaitu pada arah radial,
tangensial dan longitudinal dengan menggunakan kaliper.
5.
Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven
pada suhu 103 oC ± 2 oC , sampai mencapai kondisi kering
tanur.
6.
Diukur dimensi dari contoh uji yang telah mencapai
kondisi kering tanur pada tempat yang
telah digaris yaitu arah radial, tangensial dan longitudinal.
7.
Dicatat hasil pengukuran yang telah
dilakukan.
3.3.1.2
Kadar Air Kayu
Adapun cara
kerja untuk mengetahui kadar air kayu dalam praktikum ini adalah :
1.
Disiapkan disk (lempeng kayu) yang
berkondisi segar dengan tebal 2 cm, yang akan digergaji menjadi sampel
pengukuran dimensi kayu.
2.
Diberi gambar bentuk bujur sangkar
dengan urutan 2 x 2 x 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan
melalui pusat disk.
3.
Digergaji disk sesuai dengan
gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 x 2
x 2 cm . diberi kode dngan penomoran pada masing-masing sampel tersebut dan
diberi tanda arah radial, tangensial, dan longitudinal.
4.
Ditimbang sampel kayu sebagai berat
awal, kemudian konstan.
5.
Dicatat hasil penimbangan yang
diperoleh ke dalam lembar pengamatan
sampel dimasukkan ke dalam oven pada susu
103 oC ± 2 oC . Setiap hari selama 3 hari sampel
ditimbang pada waktu yang sama sampai mencapai diperoleh berat sampel.
3.3.1.3
Berat Jenis Kayu
Adapun cara
kerja mencari berat jenis kayu adalah :
1.
Disiapkan disk ( lempeng kayu) yang
berkondisi segar dengan tebal 2 cm dan 4 cm, yang akan digergaji menjadi sampel
pengukuran dimensi kayu
2.
Diberi gambar bentuk bujur sangkar
dengan ukuran 2 x 2 cm dari salah satu tepi ke tepi yang lain dengan melalui
pusat disk
3.
Digergaji disk sesuai dengan
gambaran yang telah dibuat sehingga diperoleh sampel kecil dengan ukuran 2 x 2
x 2 cm dan 2 x 2 x 4 cm. diberi kode dngan penomoran pada masing-masing sampel
tersebut dan diberi tanda arah radial,tangensial, dan longitudinal untuk kayu
yang berukuran 2 x 2 x 4 cm.
4.
Diukur volume kayu dengan mengukur
panjang masing-masing sisi kayu kemudian di kelola dengan menggunakan rumus V=
p x l x t
5.
Dimasukkan sampel kayu ke dalam oven
pada suhu 103 oC ± 2 oC, sampai mencapai kondisi kering
tanur
6.
Diulang langkah kerja 4, dicatat
hasil pengukuran pada lembar pengamatan.
BAB. IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Pengukuran Berat dan Volume Kayu Ukuran 2x2x2 cm
Pengukuran kayu Rajumas (Duabanga
mollucana) dari berat awal dan volume awal sampai berat KU dan Volume KU.
Tabel. 1 Pengamatan berat dan volume kayu ukuran 2x2x2 cm
PENGUKURAN KAYU UKURAN
2x2x2
|
NO
|
KODE SAMPEL
|
BERAT AWAL
|
VOLUME AWAL
|
PENGUKURAN KE-
|
BERAT KU
|
VOL KU
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
1
|
R.3.1
|
5.43
|
8.98
|
3.44
|
3.31
|
3.29
|
3.27
|
3.22
|
3.22
|
3.21
|
3.22
|
3.22
|
8.16
|
2
|
R.3.2
|
5.7
|
9.12
|
3.55
|
3.32
|
3.3
|
3.28
|
3.22
|
3.23
|
3.22
|
3.23
|
3.23
|
8.32
|
3
|
R.3.3
|
5.28
|
9.19
|
3.67
|
3.44
|
4.41
|
3.39
|
3.33
|
3.34
|
3.33
|
3.34
|
3.34
|
7.57
|
4
|
R.3.4
|
525
|
9.42
|
3.92
|
4.72
|
3.69
|
3.66
|
3.6
|
3.6
|
3.59
|
3.6
|
3.6
|
8.83
|
5
|
R.3.5
|
2.6
|
9.27
|
3.69
|
3.55
|
3.53
|
3.5
|
3.45
|
3.45
|
3.44
|
3.45
|
3.45
|
8.01
|
4.1.2
Pengukuran Berat dan Dimensi Kayu Ukuran 2x2x4 cm
Pengukuran kayu Rajumas (Duabanga
mollucana) dari berat awal dan dimensi awal sampai berat kering udara dan
dimensi kering udara.
PENGUKURAN KAYU UKURAN
2x2x4
|
KODE SAMPEL
|
BERAT AWAL
|
DIMENSI AWAL
|
PENGUKURAN KE-
|
BERAT
KU
|
DIMENSI KERING UDARA
|
L
|
T
|
R
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
L
|
T
|
R
|
R.3.1
|
9.42
|
4.11
|
2.18
|
2.11
|
5.97
|
5.81
|
5.77
|
5.74
|
5.63
|
5.63
|
5.62
|
5.64
|
5.64
|
3.94
|
1.96
|
1.95
|
R.3.2
|
8.76
|
4.18
|
2.11
|
2.32
|
7.89
|
7.42
|
7.35
|
7.3
|
7.13
|
7.13
|
7.13
|
7.15
|
7.15
|
4.13
|
1.96
|
2.26
|
R.3.3
|
10.39
|
4.22
|
2.37
|
2.08
|
7.64
|
7.26
|
7.17
|
7.12
|
6.95
|
6.95
|
6.95
|
6.96
|
6.96
|
4.2
|
2.34
|
1.94
|
R.3.4
|
10.16
|
4.27
|
2.09
|
2.09
|
6.67
|
6.3
|
6.22
|
6.18
|
6.04
|
6.05
|
6.04
|
6.05
|
6.05
|
4.22
|
2.16
|
1.93
|
R.3.5
|
8.44
|
4.26
|
2.08
|
2.29
|
6.87
|
6.54
|
6.47
|
6.43
|
6.31
|
6.31
|
6.3
|
6.32
|
6.32
|
4.24
|
4.24
|
2.14
|
Tabel. 2 Pengamatan berat dan volume kayu ukuran 2x2x4 cm
4.1.3
Pengukuran kering Tanur Kayu Ukuran 2x2x2 cm
Pengukuran kayu Rajumas selama empat hari berturut-turut
dari volume kering udara dan berat kering udara sampai volume kering tanur dan
berat kering tanur.
kode sampel
|
|
Kering Tanur
|
Volume
|
Berat kering tanur
|
Volume
Ku
|
Hari 1
|
Hari 2
|
Hari 3
|
Hari 4
|
R.3.1
|
8.16
|
2.85
|
2.84
|
2.84
|
2.87
|
8.14
|
2.84
|
R.3.2
|
8.32
|
2.86
|
2.86
|
2.85
|
2.88
|
8.08
|
2.85
|
R.3.3
|
7.57
|
2.96
|
2.96
|
2.95
|
2.98
|
7.82
|
2.95
|
R.3.4
|
8.83
|
3.2
|
3.19
|
3.19
|
3.22
|
8.69
|
3.19
|
R.3.5
|
8.01
|
3.07
|
3.07
|
3.05
|
3.08
|
8.12
|
3.05
|
Tabel. 3 Pengukuran empat hari kering tanur kayu
4.1.4
Pengukuran Kering Tanur Kayu Ukuran 2x2x4 cm
Pengukuran kayu Rajumas selama empat hari berturut-turut hingga tercapai
berat kering tanur konstan dan dimensi kering tanur.
Kode Sampel
|
Berat Kering Tanur
|
Berat kering tanur
konstan
|
Dimensi kering tanur
|
Hari 1
|
Hari 2
|
Hari 3
|
Hari 4
|
L
|
T
|
R
|
R.3.1
|
5
|
5
|
4.99
|
5.03
|
4.99
|
4.02
|
1.91
|
1.99
|
R.3.2
|
6.33
|
6.33
|
6.33
|
6.38
|
6.33
|
4.14
|
1.91
|
2.28
|
R.3.3
|
6.18
|
6.18
|
6.17
|
6.21
|
6.17
|
4.29
|
2.26
|
1.99
|
R.3.4
|
5.37
|
5.37
|
5.37
|
5.4
|
5.37
|
4.21
|
2.03
|
1.97
|
R.3.5
|
5.61
|
5.61
|
5.6
|
5.65
|
5.6
|
4.24
|
1.98
|
2.19
|
Tabel. 4 Pengukuran kering tanur kayu Rajumas ukuran 2x2x4 cm
4.1.5
Pengukuran Kadar Air Kayu Rajumas
Pengukuran kadar air kayu dengan rumus KA =
Berat basah dikurangi berat kering tanur dibagi berat kering tanur kemudian
dikali 100%. Atau Rumus :
|
Sampel
|
Berat
|
Kadar Air(%)
|
Jenis
Kayu
2x2x2
|
Ulangan
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
R.3.1
|
1
|
5.43
|
3.22
|
2.84
|
91.20
|
13.38
|
R.3.2
|
2
|
5.7
|
3.23
|
2.85
|
100.00
|
13.33
|
R.3.3
|
3
|
5.28
|
3.34
|
2.95
|
78.98
|
13.22
|
R.3.4
|
4
|
5.25
|
3.6
|
3.19
|
64.58
|
12.85
|
R.3.5
|
5
|
5.26
|
3.45
|
3.05
|
72.46
|
13.11
|
Rata-rata
|
81.44
|
13.18
|
Tabel. 5 Pengamatan kadar air kayu
4.1.6 Pengamatan Berat Jenis Kayu Ukuran 2x2x2 cm
Pengukuran
Berat Jenis (BJ) Rajumas (Duabanga
mollucana) dari keadaan basah, kering udara, kering tanur.
Sampel
|
Berat(g)
|
Volume
|
BJ
|
Jenis
Kayu
2x2x2
|
Ulangan
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
R.3.1
|
1
|
5.43
|
3.22
|
2.84
|
8.98
|
8.16
|
8.14
|
0.32
|
0.35
|
0.35
|
R.3.2
|
2
|
5.7
|
3.23
|
2.85
|
9.12
|
8.32
|
8.08
|
0.31
|
0.34
|
0.35
|
R.3.3
|
3
|
5.28
|
3.34
|
2.95
|
9.19
|
7.57
|
7.82
|
0.32
|
0.39
|
0.38
|
R.3.4
|
4
|
5.25
|
3.6
|
3.19
|
9.42
|
8.83
|
8.69
|
0.34
|
0.36
|
0.37
|
R.3.5
|
5
|
5.26
|
3.45
|
3.05
|
9.27
|
8.01
|
8.12
|
0.33
|
0.38
|
0.38
|
|
Rata-rata
|
0.32
|
0.36
|
0.36
|
Tabel. 6 Berat jenis kayu
4.1.7 Data Hasil Pengamatan Kadar
Air Kayu di Empat Kelompok Kayu yang Sama
Sampel
|
Berat
|
Kadar Air(%)
|
Jenis
Kayu
2x2x2
|
Ulangan
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Rajumas
1
|
1
|
4.77
|
3.03
|
2.72
|
75
|
11
|
2
|
4.81
|
2.97
|
2.67
|
80
|
11
|
3
|
4.72
|
3.06
|
2.75
|
72
|
11
|
4
|
4.79
|
3.15
|
2.83
|
69
|
11
|
5
|
4.88
|
3.12
|
2.79
|
75
|
12
|
Rata-rata
|
74
|
11
|
Rajumas
2
|
1
|
5.93
|
3.94
|
3.52
|
68.47
|
11.93
|
2
|
5.28
|
3.48
|
3.1
|
70.32
|
12.26
|
3
|
4.98
|
3.04
|
2.72
|
83.09
|
11.76
|
4
|
5.09
|
3.29
|
2.94
|
73.13
|
11.90
|
5
|
5.87
|
3.82
|
3.42
|
71.64
|
11.70
|
Rata-rata
|
73.33
|
11.91
|
Rajumas
3
|
1
|
5.27
|
3.31
|
2.99
|
76.25
|
10.70
|
2
|
5.15
|
3.11
|
2.81
|
83.27
|
10.68
|
3
|
5.26
|
3.2
|
2.89
|
82.01
|
10.73
|
4
|
5.18
|
3.27
|
2.95
|
75.59
|
10.85
|
5
|
4.59
|
2.8
|
2.54
|
80.71
|
10.24
|
Rata-rata
|
79.57
|
10.64
|
Rajumas
4
|
1
|
5.43
|
3.22
|
2.84
|
91.20
|
13.38
|
2
|
5.7
|
3.23
|
2.85
|
100.00
|
13.33
|
3
|
5.28
|
3.34
|
2.95
|
78.98
|
13.22
|
4
|
5.25
|
3.6
|
3.19
|
64.58
|
12.85
|
5
|
5.26
|
3.45
|
3.05
|
72.46
|
13.11
|
Rata-rata
|
81.44
|
13.18
|
Tabel. 7 Perbandingan kadar air kayu
4.1.8 Data Hasil Pengamatan Berat
Jenis Kayu di Empat Kelompok Kayu yang Sama
Sampel
|
|
Berat(g)
|
Volume
|
BJ
|
Jenis
Kayu
2x2x2
|
Ulangan
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Basah
|
Kering
Udara
|
Kering
Tanur
|
Rajumas
1
|
1
|
4.77
|
3.03
|
2.72
|
7.72
|
6.8
|
4.98
|
0.35
|
0.40
|
0.55
|
2
|
4.81
|
2.97
|
2.67
|
7.19
|
6.56
|
5.94
|
0.37
|
0.41
|
0.45
|
3
|
4.72
|
3.06
|
2.75
|
7.52
|
6.37
|
5.63
|
0.37
|
0.43
|
0.49
|
4
|
4.79
|
3.15
|
2.83
|
6.94
|
6.06
|
4.48
|
0.41
|
0.47
|
0.63
|
5
|
4.88
|
3.12
|
2.79
|
7.4
|
5.8
|
6.78
|
0.38
|
0.48
|
0.41
|
|
Rata-rata
|
|
|
|
|
|
|
0.37
|
0.44
|
0.51
|
Rajumas
2
|
1
|
5.93
|
3.94
|
3.52
|
7.99
|
8.7
|
7.8
|
0.44
|
0.40
|
0.45
|
2
|
5.28
|
3.48
|
3.1
|
7.9
|
8
|
7.31
|
0.39
|
0.39
|
0.42
|
3
|
4.98
|
3.04
|
2.72
|
7.15
|
7.8
|
7.22
|
0.38
|
0.35
|
0.38
|
4
|
5.09
|
3.29
|
2.94
|
7.5
|
7.3
|
6.2
|
0.39
|
0.40
|
0.47
|
5
|
5.87
|
3.82
|
3.42
|
7.92
|
8.5
|
7.77
|
0.43
|
0.40
|
0.44
|
Rata-rata
|
0.41
|
0.39
|
0.43
|
Rajumas
3
|
1
|
5.27
|
3.31
|
2.99
|
8.47
|
8.32
|
7.3
|
0.35
|
0.36
|
0.41
|
2
|
5.15
|
3.11
|
2.81
|
8.24
|
8
|
7.12
|
0.34
|
0.35
|
0.39
|
3
|
5.26
|
3.2
|
2.89
|
8.36
|
8.16
|
7.14
|
0.35
|
0.35
|
0.40
|
4
|
5.18
|
3.27
|
2.95
|
8.26
|
7.59
|
6.75
|
0.36
|
0.39
|
0.44
|
5
|
4.59
|
2.8
|
2.54
|
7.79
|
7.61
|
7.28
|
0.33
|
0.33
|
0.35
|
Rata-rata
|
0.34
|
0.36
|
0.40
|
Rajumas
4
|
1
|
5.43
|
3.22
|
2.84
|
8.98
|
8.16
|
8.14
|
0.32
|
0.35
|
0.35
|
2
|
5.7
|
3.23
|
2.85
|
9.12
|
8.32
|
8.08
|
0.31
|
0.34
|
0.35
|
3
|
5.28
|
3.34
|
2.95
|
9.19
|
7.57
|
7.82
|
0.32
|
0.39
|
0.38
|
4
|
5.25
|
3.6
|
3.19
|
9.42
|
8.83
|
8.69
|
0.34
|
0.36
|
0.37
|
5
|
5.26
|
3.45
|
3.05
|
9.27
|
8.01
|
8.12
|
0.33
|
0.38
|
0.38
|
Rata-rata
|
0.32
|
0.36
|
0.36
|
Tabel. 8 Perbandingan Berat Jenis KayuGrafik. 1 Pengukuran berat kering
udara
Dalam hasil penelitian kayu Rajumas
(Duabanga mollucana) yang telah
dilaksanakan diperoleh berbagai perbedaan sifat fisika kayu yaitu Berat kayu,
yang di mana berat kayu ini diperoleh dari kadar air yang masuk dalam pori-pori
atau sel kayu, dibuktikan dengan dilakukannya penelitian berat kayu dengan
menggunakan sampel kayu Rajumas (Duabanga
mollucana). Sampel kayu Rajumas dibuat ukuran dimensi kayu 2x2x2 cm dan
2x2x4 cm yang kemudian dari ukuran kayu tersebut dicari dan diteliti kadar air
kayu (kering udara, kering tanur, basah), dimensi kayu (basah, kering tanur,
kering udara),volume dan berat jenis kayu.
Dari data hasil pengamatan yang
diperoleh terdapat perubahan berat yaitu dari berat mula-mula menjadi berat
kering udara, adapun perlakuannya adalah dengan menempatkan sampel pada tempat
yang kering dan tidak basah dalam kurun waktu delapan hari. Terdapat perubahan-perubahan
angka berat dalam setiap sampel misalnya sampel R.3.1 mempunyai berat awal 5.43
ketika dalam waktu 24 jam berat menurun menjadi 3.44. dan pada hari ke delapan
berat yaitu 3.22 yang dikatakan konstan karena perubahan tidak tetap, terjadi
naik turunnya berat namun dengan angka yang sangat kecil yaitu 0.01 atau 0.02.
perubahan yang terjadi pada kayu sampel R.3.1 terjadi juga d sampel lainnya.
Terlihat perbedaan berat dalam
grafik pengukuran berat, di mana berat sampel mula-mula cendrung besar
diakibatkan oleh banyak kandungan air yang terdapat dalam kayu. Secara tidak
langsung kadar air yang berlebihan dalam kayu akan menguap keudara karena sifat
kayu juga melepaskan air yang akan mengakibatkan menurunnya berat pada kayu,
selain itu kayu dengan udara menyeimbangkan banyaknya air di kayu dengan di
udara.
Pada pengamatan hari ke-7 berat
mulai stabil dan pada hari ke-8 berat
mengalami sedikit kenaikan 0.01 dan 0.02, kenaikan ini tidak lepas dari cuaca
yang pada saat pengukuran berat yang ke-8 dalam keadaan mendung, sehingga
mempengaruhi berat dari sampel kayu Rajumas tersebut. Sifat higroskopis kayu
bersifat mengikat air atau uap air, namun dalam kondisi tertentu kayu
menyeimbangkan kadar airnya dengan lingkungan. Sifat higroskopis ini terkait juga
dengan pendapat Hill 2006, yang mengemukakan kayu merupakan bahan bersifat
higroskopis karena polimer dinding selnya mengandung gugus hidroksil yang
reaktif. Pada lingkungan yang mengandung uap air, kayu kering akan menyerap uap
air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan. Begitu juga kayu yang
jenuh air ketika ditempatkan ditempat yang kelembaban relatifnya lebih rendah
akan kehilangan uap air sampai kadar air kesetimbangan dengan lingkungan.
Pada hasil pengamatan
yaitu terlihat jelas bahwa berat atau kadar air menurun dari berat basah, berat
kering udara, berat kering tanur. Berikut adalah grafik perubahan kadart air
kayu.
Adapun grafik yang
menunjukkan perbedaan berat antara berat basah, berat kering udara, dan berat
kering tanur dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 2. Perbedaan berat kayu
Dari grafik di atas terlihat
perbedaan yang di mana pengurangan kadar air basah ke kering udara jauh lebih
besar dari pada pengurangan kadar air dari kering udara ke kering tanr. Dengan
adanya perubahan itu, terjadi perubahan juga pada berat jenis kayu. Seperti
yang dikemukakan Pandit dan Hikmat, 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat
jenis kayu yatu umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan
kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang
penting sehubungan dengan penggunaannya
Berat jenis kayu berbeda tergantung
dari kondisi yaitu basah, kering udara, kering tanur misalnya pada sample R.3.1
(dari data), 0.32 pada keadaan basah, 0,35 pada kering udara, 0,35 pada kering
tanur, dalam kasus ini perubahan yang terjadi keadaan basah ke kering tanur
sedangkan dari kering udara ke kering tanur hampir tidak terdapat perubahan.
Dimensi kayu yaitu ukuran
longitudinal, tangensial, dan radial yang di mana pada keadaan tertentu akan
berubah, misalnya diamati sampel kayu R.3.1 ukuran 2x2x4 dimensi longitudinal
awal 4,11 kemudian berubah menjadi 3,94 pada kering udara dan berubah lagi
menjadi 4,02 atau bisa dilhat dari grafik perubahan dimensi kayu 2x2x4 :
Grafik. 3 Perbedaan dimensi kayu
Terlihat pada grafik bahwa penurunan
dimensi akan turun dari keadaan basah sampai kering tanur. Bukan hanya sampel
R.3.1 saja, bahkan semua sampel dari data mengalamai penurunan yang sama.
Dimensi kayu berkaitan dengan kadar air dalam kayu, kejadian tersebut berkatan
dengan yang dikemukakan oleh Hill, 2006 yaitu Kayu merupakan komposit
biopolimer berdimensi tuga yang mengandung phase solid dan kosong (votd). Kayu
tersusun atas berbagai jenis sel, yang terbagi menjadi dinding sel dan rongga
sel. Air sebagai salah satu kebutuhan dalam pertumbuhan pohon akan mengisi
dinding sel dan rongga sel kayu. Air pada sel terdiri dari air terikat, air
bebas dan uap. Adalah air yang terdapat pada rongga sel. Air bebas akan
mempengaruhi berat kayu sedangkan air terikat akan mempengaruhi berat dan
dimensi kayu. Kadar air kayu antara kering tanur dan titik jenuh serat (TJS )
(21-32%), air terakumulasi berada pada dinding sel (air terikat). Kadar air di
atas TJS, air terakumulas pada rongga
sel (air bebas).
Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan
volume yang terjadi karena adanya perubahan kadar air di bawah titik jenuh
serat (TJS). Penyusutan terjadi pada saat molekul-molekul air terikat
melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai panjang dan
molekul-molekul hemiselulosa dan kemudian molekul- molekul rantai ini akan
bergerak saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya
sebanding dengan jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang
susut tidak sama pada berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada
arah radial dengan rata-rata
Terdapat perbandingan data antara
kelompok yang satu dengan kelompok yang lain misalnya saja pada sampel kayu ukuran
2x2x2 cm (sampel R.3.1). dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik. 4 Perbandingan berat antar
kelompok.
Terihat pada tabel bahwa kayu dari
kelompok 2 memiliki berat yang paling besar dalam berat basah, berat kering
udara dan berat kering tanur, disebabkan oleh ukuran kayu atau dimensi kayu
yang lebih besar dengan kelompok yang lain karena jika dimensi kayu besar akan
mempengaruhi penyerapan air yang lebih banyak dari pada kayu dengan dimensi
kecil, perbedaan dimensi sangat mempengaruhi berat basah, berat kering udara,
dan berat kering tanur, perbedaan tersebut dikarenakan pada pembuatan sampel
pemotongan kayu dengan gergaji tidak terlalu pas atau kelebihan besar dari
2x2x2 cm dan 2x2x4.
Penurunan berat secara drastis terjadi
di kelompok 4, di mana berat saat basah sangat besar kemudian penurunan berat
ke kering udara sangat besar, yang secara jelas berbeda dengan kelompok yang
lain, kemungkinan yang mengakibatkannya adalah saat terjadi perendaman kayu
dengan menempatkan kayu pada plastik ukuran 1 kg, kayu dimasukkan dab ditungkan
air kemudian saat diikat dengan kencang yang mengakakibatkan kayu dalam plastik
menjadi tertekan dengan air. Sehingga kayu akan mudah masuk ke dalam sampel
kayu melewati pori-pori, dinding sel, hingga sel kayu itu sendiri.
Perbedaan juga
bisa terjadi karena tergantung jam berapa tempat pengukuran, karena saat
pengukuran kayu terdapat juga perbedaan jam pengukuran yang di mana pengukuran
dilakukan secara bergiliran, sehingga mengakibatkan perbedaan lama tidaknya
sampel kayu pada suatu kondisi yang terjadi antar kelompok.
BAB. VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh
dari praktikum ilmu kayu ini adalah :
1. Besarnya penyusutan kayu tergantung dari kadar air
dalam kayu yang terdapat di kayu basah, kering udara, dan kering tanur akan
berbeda. Rata-rata kadar air kayu rajumas dalam keadaan basah adalah 81,44%,
dalam keadaan kering udara adalah 13,18%, dalam keadaan kering tanur adalah
2,97%. Rata-rata berat jenis kayu Rajumas adalah 0,32 pada keadaan basah, 0,36
pada keadaan kering udara dan 0,36 pada keadaan kering tanur. Rata-rata
Penyusutan Basah-Kering udara (%) dalam kayu Rajumas adalah 1,53 pada
longitudinal, 6,58 pada radial, dan 4,83 pada tangensial. Rata-rata penyusutan
Basah-Kering tanur (%) dalam kayu Rajumas adalah 0,69 pada longitudinal, 4,50
pada radial dan 7,50 pada arah tangensial.
2. Sangat berkaitan secara jelas antara kadar air, berat
jenis dan penyusutan kayu yang di mana kadar air mempengaruhi berat jenis kayu
dan penyusutan kayu.
3. Rata-rata dimensi kayu longitudinal dan
Radial dari keadaan basah sampai kering tanur adalah 4,26 cm dan 2,18 cm pada
keadaan basah, 4,146 cm dan 2,044 cm pada keadaan kering tanur sehngga
selisihnya adalah 0,062 cm pada longitudinal dan 0,134 cm pada radial.
6.2. Saran
1. Saran untuk Laboratorium agar
menambah jumlah alat praktikum.
2. Saran untuk Co. Ass agar tetap konsisten
dalam waktu, tempat, dan jadwal praktikum.
3. Saran untuk praktikan agar
menjaga kebersihan dan ketertiban di Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahim M, Idng K, Kosasi K, dkk. 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid I (Edisi Revisi). Bogor : Dipublikasikan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Bamber dan Burley 1983. The wood properties
of Radiata Pine. Australia.
Hadjib, N. 2006. Sifat fisis dan mekanis kayu. Laporan Hasil
Penelitian Sifat Dasar Jenis Kayu Kurang Dikenal Andalan Setempat. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Haygreen,
J.G dan J.L Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan
Ilmu Kayu, Suatu Pengantar (Terjemahan Sutjipto, AH), Gadjah Mada
University Press Yogyakarta.
Heyne, K. : 1950. De nuttige planten
van Indonesia. W. Van Hoave,s. Gravenhage.
Hill, CAS. 2006. Wood modificaton. Chemical, thermal and other processes.
John Wiley and Sons. Egland.
Pandit
IKN dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu :
Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Baku. Bogor : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan, Institut.
Richter,
H.G.; Dallwitz, M.J. 1999.
"Commercial
timbers: Duabanga moluccana
Blume.
Rowell, RM & WD Ellis. 1984. Reaction
of epoxides with wood. Res. Pap. FPL 451.: U.S department of Agriculture,
Forest Service, Forest Products Laboratory. 41 p. Madison,Wisconsin. (4 Novembe
2007).
Tsoumis, G. 1991. Science and technology
of wood : Structure, Properties, Utilization. Van Nostrand Reinhold. New
York.
US. Department of Agriculture
(USDA), 1974. Wood Handbook : Wood as an
Engineering Material Agriculture Handbook No. 72 USDA, USA.