LAPORAN KLIMATOLOGI
ALAT-ALAT METEOROLOGI
Oleh
DONY SUDIARTA PRATAMA
C1L013025
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
A. Latar Belakang
Meteorologi adalah ilmu yang
mempelajari atmosfer
bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa
Yunani meteoros atau ruang atas
(atmosfer), dan logos atau
ilmu. Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala
perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.
Stasiun Meteorologi merupakan suatu
tempat, dimana didalamnya mengadakan pengamatan yang continue terhadap keadaan
lingkingan, baik itu berhubungan dengan iklim maupu dengan cuaca. Suatu stasiun meteorologi biasanya mengadakan pengamatan kondisi
iklim selama sepuluh tahun berturut-turut, sehingga akan diperoleh gambaran umum tentang
rerata keadaan iklim di suatu tempat atau wilayah tertentu. Untuk mendapatkan hasil pengamatan
yang akurat, maka dibutuhkan beberapa persyaratan tertentu. Yang pertama adalah
penempatan lokasi stasiun meteorologi harus mewakili keadaan suatu lahan atau
wilayah yang luas. Yang kedua adalah masing-masing alat harus dapat memberikan
hasil atau data yang absah (tepat dan akurat), tidak mudah rusak, mudah
penggunaannya erta perawatannya. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah
pengamatan harus dapat dipercaya, terlatih, dan terampil.
B. Tujuan
praktikum
Tujuan dari
praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan Mengenal stasiun meteorologi dan
alat-alat pengukur cuaca.
2. Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan
alat.
3. Mengetahui cara perhitungan
alat-alat meteorologi
4. Mengetahui lebih luas tentang
meteorologi
BAB II
RADIASI MATAHARI
A. Landasan Teori
Radiasi adalah suatu
istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan tenaga oleh
gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua
pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium
diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau
keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001).
Pada waktu radiasi
surya memasuki sistem atmosfer menuju permukaan bumi (darat dan laut), radiasi
tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas aerosol, serta awan yang ada diatmosfer.
Sebagian radiasi akan dipantulkan kembali keangkasa luar, sebagian akan diserap
dan sisanya diteruskan kepermukaan bumi berupa radiasi langsung (dircet) maupun
radiasi baur (diffuse). Jumlah kedua bentuk radiasi ini dikenal dengan “Radiasi
Global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada station. Station
klimatologi (Solarimeter atau Radiometer) untuk mengukur radiasi global.
(Monteith, j. L. 1975)
Penerimaan radiasi
surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi menurut tempat dan waktu. Menurut
tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfir
terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi
yang diterima. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi
sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari), karena sebaran
energi radiasi menurut panjang gelombang sekitar λm, maka secara umum dapat
dikatakan bahwa panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang
memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. (Handoko, 1993)
Secara khusus Campbell
Stokes dipergunakan untuk mengukur waktu dan lama matahari bersinar dalam satu
hari dimana alat tersebut dipasang. Campbell Stokes terdiri dari beberapa
bagian yaitu Bola kaca pejal (umumnya berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk
mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-celah sebagai tempat kartupencatat dan
penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi skala dalam derajat yang sesuai
dengan derajat lintang bumi. Bagian Pendiri (stand), Bagian dasar terbuat dari
logam yang dapat di-leveling. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut
letak matahari. Prinsip kerja Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi,
khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan
dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk
dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif
dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar
dalam satu hari (satuan jam/menit). Sinar-sinar dengan gelombang lebih panjang
dari sinar yang lebih tampak disebut sinar-sinar infra merah dan
sinar-sinar ini sebagian besar mengalami penyerapan diatmosfer. Sinar-sinar
dengan panjang gelombang lebih pendek dalam spectrum matahari adalah
sinar-sinar ultraviolet yang mampu menghasilkan suatu efek fotokimia tertentu.
Diantara dua macam berkas radiasi yang tidak kelihatan ini merupakan bagian
ynag kelihatan dari spektrum yang diketahui sebagai cahaya matahari dan paling
efektif memanasi bumi. Jika sinar-sinar spektrum matahari mencapai bumi sebagian
diserap dan dirubah dari gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang
dikenal sebgai panas. Tenaga yang diperoleh dari cara ini merupakan
bahan bakar untuk prose-proses cuaca dan iklim, dan di-transfer baik
vertikal maupuan horizontal menimbulkan variasi keadaan temperatur. Akhirnya
ini, hilang dengan cara radiasi dari atmosfer keruang angkasa (Wisnubroto, dkk
: 1981).
Radiasi melibatkan pindahan tenaga
oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua
pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium
diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau
keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001).
Radiasi surya (surya = matahari)
sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan
cuaca dan iklim di atmosfer bumi. Permukaan matahari bersuhu 6000 K, dengan
jarak dari bumi 150 juta Km. Rata-rata 30% radiasi yang sampai dipermukaan bumi
dipantulkan kembali ke angkasa luar.
Karakteristik
Radiasi Surya dan Bumi Setiap benda di alam yang bersuhu 0 K (-273o C)
memancarkan radiasi berbanding lurus dengan pangkat empat suhu permukaannya
(Hukum Stefan – Boltzman)
F = ε σ T4
F = Pancaran RAdiasi (Wm2)
ε
= emisivitas permukaan, bernilai satu untuk benda hitam (black body
radiation), sedangkan untuk benda-benda alam berkisar 0.9-1.0)
σ
= tetapan Stefan – Boltzman (5.67 10-8 Wm2)
T = Suhu permukaan (K).
Panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang
memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. Karena panjang gelombang radiasi
surya relatif pendek dibandingkan benda-benda alam lainnya maka disebut radiasi
gelombang pendek. Radiasi bumi/benda-benda yang ada dibumi disebut radiasi
gelombang panjang.
Faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi surya secara makro
yaitu : Jarak antara matahari dan Bumi, Panjang hari dan sudut dating, Pengaruh
atmosfer bumi .
Perbandingan
antara radiasi gelombang pendek (surya) yang dipantulkan dengan yang datang disebut
albedo permukaan .
Di Atmosfer,
uap air dan CO2 adalah penyerap radiasi gelombang panjang utama. Energi radiasi yang diserap oleh kedua gas
tersebut dipancarkan kembali ke permukaan bumi diiringi dengan peningkatan suhu
udara (efek rumah kaca = green house effect).
Seperti
rumah kaca, radiasi surya mampu menembus atap kaca karena energinya besar,
sedangkan radiasi gelombang panjang dari dalam rumah kaca tidak mampu menembus
atap kaca sehingga terjadi penimbunan energi yang berlebihan dalam rumah kaca
tersebut yang meningkatkan suhu udara..
Gas Rumah
Kaca (GRK) = uap air, CO2 dan methane) dapat menyebabkan pemanasan global.( Anonim, 2010)
B. Prinsip dan
cara kerja alat
Cara kerja alat Solarimeter
dan Campbell stokes adalah :
1. Memasang
alat solarimeter dan Campbell Stokes yang di tempatkan di lahan
2. Campbell
stokes
benar-benar terletak horizontal. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur
ketinggian setiap sudut tiang penopang alat yang diatur dengan melihat
water-pas yang terpasang.
3. Kemudian,
setelah pemasangan alat selesai, memasang pias yang sesuai. Untuk Campbell
Stokes menggunakan pias lirus lengkung pendek karena surya hanya memberikan
sinarrnya dalam jangka waktu harian yang lebih pendek.
4. Setelah
itu, menghitung intensitas radiasi dan lama penyinaran surya yang terekam
selama 30 menit dan mencatat keadaan kejernihan atmosfer (langit) hari itu.
C. Cara Perhitungan
1. Campbell Stokes
Lamanya
penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar
matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai
pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias.
Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan
untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh
posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan
bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari
bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias
terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka
jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian
terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.
Untuk mengetahui intensitas
radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan
oleh atmosfer. Intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi yang jatuh pada
suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi
terdapat bermacam-macam radiasi seperti :
a.
Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke
permukaan bumi.
b.
Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan
pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
c.
Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh
permukaan bumi.
d.
Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang
berupa gelombang panjang.
e.
Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir
uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
f.
Global (total) Radiation (Q)
g.
Net Radiation (R)
Dengan
banyaknya jenis radiasi yang terdapat didalam atmosfer berarti banyak pula
alat-alat yang diperlukan untuk mengukur radiasi langsung (S). Misalnya :
- Pyrheliometer untuk mengukur radiasi langsung (S)
- Solarimeter dan Pyranometer untuk radiasi total (Q)
- Pyrgeometer untuk mengukur radiasi bumi (O)
- Net Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
Pada
prinsipnya sensor alat pengukur intensitas radiasi matahari dibagi 2 jenis :
- Sensor yang dibuat dari bimetal yaitu 2 jenis logam yang mempunyai koefisien muai panjang yang berbeda dan diletakkan satu sama lainnya. Alat yang memakai sensor jenis ini ialah Actinograph.
- Sensor yang dibuat dari Thermopile seperti yang terdapat pada Solarimeter, Pyranometer dll
2. Amstrong Pyrheliometer
Pyrheliometer dipakai untuk mengukur
intensitas radiasi matahari langsung (S). Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian
pokok, yaitu sensor yang menghasilkan gaya gerak listrik dan recorder yang
berisi battery, galvanometer dan amperemeter. Sensor berada didalam sebuah
tabung/silinder logam yang dapat diputar horizontal dan vertikal. Tabung
diputar mengikuti gerakan matahari sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke
permukaan sensor. Pada bagian ujung/ muka tabung terdapat tutup yang dapat
diputar terhadap permukaan silinder. Penutup ini berfungsi sebagai pelindung
sensor terhadap matahari dan juga sebagai pemutus dan penghubung kontak
listrik.
3. Solarimeter Dan Pyranometer
Digunakan untuk mengukur radaiasi matahari
total. Untuk memperoleh data intensitas matahari secara kontinue, Solarimeter
dihubungkan ke sebuah alat pencatat yang dinamakan Chart Recorder yang
mempunyai sifat Self Balancing Potentiometric yaitu suatu recorder yang
bekerjanya berdasarkan keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk
berasal dari Solarimeter dengan tenaga listrik dari power supply. Gerakan dan
kedudukan pena ditentukan oleh keseimbangan kedua unsur tersebut.
Dengan
demikian recorder ini memerlukan tenaga listrik yang diperlukan selain untuk
keseimbangan juga untuk menggerakkan pias (Chart) dan jam. Recorder ini sangat
peka terutama ketika sedang beroperasi, sedapat mungkin dihindarkan terhadap
getaran-getaran yang dapat mengganggu keseimbangan.
BAB III
KELEMBABAN UDARA
A. Landasan Teori
Kelembaban nisbi pada suatu tempat
tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air
serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang
aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk
menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di
kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta
kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya
mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas
udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
Kelembaban nisbi merupakan
perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung
uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka
kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh.
Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
Kelembaban udara dalam ruang
tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini
didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat
tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan
larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi
air dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan
kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002)
Kelembaban relatif akan diukur
dengan menghembus udara pada dua buah termometer, salah satu diantaranya
dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola kering)
pendekatan gravimetricmerupakn pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken
yang paling akurat. Untuk kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi
instrument_ instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi
praktis) untuk kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara
dapat dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan
uap air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).
B. Prinsip dan
cara kerja alat
Alat-alat untuk
mengukur Relative Humidity dinamakan Psychrometer atau Hygrometer.
Pada umumnya alat bola kering dan bola basah dinamakan Psychrometer.
Dengan Hygrometer, Relative Humidity dapat langsung dibaca. Hygrometer
ialah alat yang mencatat Relative Humidity.
Higrometer banyak
dipakai untuk pengukur kelembaban ruangan pada budidaya jamur,kandang reptil,
sarang burung walet maupun untuk pengukuran kelembaban padapenetasan telur
Hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga
120. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70. Apabila
termometer penunjuk berada pada nilai dibawah 40, anda harus menambahkan air
pada tempat yang sudah disediakan.
Prinsip Kerja Hygrometer mempunyai prinsip
kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer.Thermometer pertama dipergunakan
untuk mengukur suhu udara biasa dan yang keduauntuk mengukur suhu udara
jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapasyang basah).
Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga
akanmengukur suhu udara sebenarnya.Thermometer Bola Basah: tabung air raksa
dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhusaturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu
yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi
ketelitian pengukuran kelembaban denganmempergunakan Psychrometer ialah :
1.
Sifat peka, teliti dan cara membaca
thermometer-thermometer
2.
Kecepatan udara melalui Thermometer bola
3.
Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi
4.
Letak bola kering
atau bola basah
5.
Suhu dan murninya air
yang dipakai untuk membasahi kain
C. Cara perhitungan
Psychrometer ini
terdiri dari dua buah thermometer air raksa, yaitu :
1.
Thermometer Bola Kering : tabung air raksa
dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
2.
Thermometer Bola
Basah : tabung air raksa dibasahi
agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu
yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Suhu
udara didapat dari suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH
(kelembaban udara) didapat dengan perhitungan:
Hal-hal
yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan
Psychrometer ialah :
a.
Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
b.
Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
c.
Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
d.
Letak bola kering atau bola basah
e.
Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
BAB VI
CURAH HUJAN
A. Landasan Teori
Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah cueah hujan rata-rata diseluruh daerah
yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah
ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Studi yang
dilakukan untuk menganalisis curah hujan ini dilakukan pada stasiun Bronggang, Godean, Seyegan, dan Beran. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah
dari pengamatan curah hujan di beberapa stasiun adalah mengunakan cara
Arithmatic Mean, Thiessen, dan Isohytal Teori yang terdapat dalam makalah ini
mengunakan studi pustaka dan internet. Pada
makalah ini gambaran studi yang dihasilkan adalah untuk menjelaskan proses
distribusi curah hujan wilayah/daerah (regional distribution). Data- data yang didapat dari stasiun pos
curah hujan Bronggang, Seyengan, Godean dan Beran ditambah satu stasiun pos
curah hujan dengan lengkung massa.
(Sosrodarsono, 1999).
Curah hujan merupakan total air
hujan yang terjatuh pada permukaan tanah dalam waktu tertentu yang diukur
menggunakan satuan tinggi dalam milimeter (mm) pada permukaan tanah
datar. Dengan pengertian lain curah hujan juga bisa didefinisikan dengan
tinggi air hujan yang terkumpul pada suatu kawasan pada permukaan tanah yang
datar, air hujan yang tertampung itu tak boleh menguap, tak meresap ke
dalam tanah dan juga tak mengalir. Angka curah hujan 1 mm maksudnya
adalah untuk luasan 1 meter persegi pada daerah yang datar telah tertampung air
dengan tinggi 1 milimeter atau telah terkumpul air hujan sejumlah 1
liter.
Indonesia
adalah wilayah yang mempunyai intensitas curah hujan yang berfluktuasi
yang disebabkan wilayah Indonesia sendiri memiliki ketinggian yang bervariasi.
Indonesia mempunyai wilayah yang dilewati garis khatulistiwa dan mayoritas
wilayah di Indonesia adalah daerah dengan iklim tropis, biarpun begitu secara
rata-rata sejumlah kawasan di tanah air kita ini mempunyai intensitas
curah hujan yang lumayan tinggi berkisar antara 2000-3000 mm per tahun.
Pola
umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis.
Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pantai
sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada
pantai sebelah timur.
2. Curah
hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur.
Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh
selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
3. Curah
hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak
umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
4. Di
daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba.
Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
5. Bulan
maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6. Saat
mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a.
Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu
mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
b.
Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat
hujan terbanyak pada bulan Desember.
c.
Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan
Januari – Februari.
7. Di
Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya
berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami
musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada
kira-kira 120(Bujur Timur)..
Rata-rata
curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih
tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula
antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak
sama.
Ada beberapa
daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang
mendapat curah hujan tinggi:
1. Daerah
yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi
0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di
Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
2. Daerah
yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian
Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
3. Daerah
yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera
Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah,
sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
4. Daerah
yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi
dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian
bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
B. Prinsip Dan Cara
Kerja Alat
1.
Penakar hujan
Observatorium (OBS)
Panakar hujan Onservatorium merupakan penakar hujan non-recording atau
tidak dapatmencatat sendiri. Penakar hujan OBS berfungsi untuk mengukur jumlah
curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah dalam periode waktu 24 jam. Jumlah
curah hujan yang terukur dinyatakandalam satuan mm.Panakar hujan OBS, pada
pengamatan Agroklimat diamati tiap jam 07.00 waktusetempat, sedangkan untuk
pengamatan sinoptik diamati tiap jam.Pancatatan data curah hujan hasil
pengukuran dinyatakan dalam bilangan bulat. apabilatidak ada hujan ditulis
strip (-). Bila curah hujan yang terukur kurang dari 0.5 mm maka ditulis 0,
jika lebih dari 0.5 ditulis 1.
Panakar hujan
OBS terdiri dari lima bagian utama yaitu :
a.
Corong penakar yang berbentuk lingkaran
yang dapat dilepas dengan luas100 cm persegi.
b.
Tabung panampung air hujan.
c.
Kran untuk mengeluarkan air
d.
Penyangga
e.
Gelas ukur dengan skala 0 – 25 mm.
(lihat gambar Penakar hujan Observatorium (OBS)
2.
Cara Kerja
Alat
Saat terjadi
hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk dalam
penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam-jam
pengamatanair hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur.
Apabila jumlah curah hujan yang tertampung jumlahnya melebihi kapasitas ukur
gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang
tertampung dapat terukur semua.
C. Cara Perhitungan
dimana :
I : Intensitas curah hujan
(mm/jam)
t : Lamanya curah hujan / durasi
curah hujan (jam)
R24 : Curah hujan
rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan
sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
]R24 , dapat diartikan
sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Rata-rata CH = R1(a1/A)
+ R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana
R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a
BAB V
EVAPORASI
Tidak
semua air yang ada dalam tubuh tanaman dimanfaatkan oleh tanaman tersebut untuk
kelangsungan hidupnya melainkan air tersebut dapat hilang dalam bentuk uap air
yang prosesnya di kenal dengan istilah evaporasi. Evaporasi merupakan adanya
respon terhadap temperatur dan ini adalah dasar yang bagi kehidupan tumbuhan
dimana molekul gas berdifusi lebih cepat pada temperatur tinggi. Kehilangan air
bagi tanaman juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tanaman itu hidup.
Tumbuhan yang ada di daerah tropika kehilangan airnya bisa mencapai 500 liter
perhari sedangkan pada tanaman padang pasir seperti kaktus, kehilangan airnya
kurang dari 25 ml perhari. Ini karena daerah padang pasir persedian airnya
sangat minim dan permukaan dari kaktus sangat kecil sehingga kaktus menekan
terjadinya penguapan dan meminimalisir dehidrasi tanaman ( Bidwell, 1979 ).
Didalam
tubuh tanaman air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat membuat lingkungan yang
sesuai untuk berlangsungnya proses fisiologis dan juga merupakan bagian
penyusun tanaman seperti sitoplasma. Jumlah air yang terkandung pada tanaman
tergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak
mengandung air dibandingkan tanaman perdu. Air yang terkandung pada keseluruhan
tubuh tanaman berkisar antara 80-90%, kadar air untuk tiap-tiap tanaman
berbeda-beda sesuai dengan habitat dan spesiesnya. Air mengisi hampir seluruh
bagian tanaman tersebut (Greulach, 1976 ).
Evaporasi (diberi notasi E0) adalah penguapan
yang terjadi dari permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan
tanah (genangan air di atas tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang
dekat dengan permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila
permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan
dapat diabaikan.
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada
evaporasi maupun evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi
klimatologi, yang meliputi : radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban
udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan besarnya penguapan yang terjadi
diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti BMKG, Dinas Pengairan,
dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data klimatologi.
Pada siklus hidrologi evaporasi berperan penting untuk menguapkan partikel-partikel
dalam air menjadi uap air yang akan menyebabkan awan terbentuk dan nantinya
akan menyebabkan terjadinya hujan. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai,
besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan
konsumtif (consumtif use) untuk tanaman dan lain-lain
B. Prinsip Dan Cara Kerja Alat
1. Class a Pan evaporation
Alat yang digunakan adalah Pan Evaporation,
alat ini dilakukan pengamatan setiap hari yaitu pada pagi hari dengan mengukur
ketinggian air dari standar yang telah dipasang pada bagian permukaan
alat. Perhitungan dengan mengurangkan ketinggian air hari ini dengan
ketinggian air kemarin / sehari sebelumnya, tetapi selama pengukuran terdapat
hujan maka harus ditambahkan jumlah airnya.
Merupakan pan yang
terbuat dari logam diletakkan di atas permukaan tanah pada susunan kayu
setinggi 6 in. Tinggi pan 10 in dengan diameter 4 feet yang di dalamnya diisi
air dengan ketinggian sesuai dengan standard ukur di dalamnya (Gambar 4.1) yang
mempunyai ketinggian 7 in – 8 in. Besarnya evaporasi adalah dengan melihat
perubahan tinggi muka air terhadap tinggi standard ukurnya. Besarnya evaporasi
di pan bukan merupakan besarnya evaporasi yang sebenarnya (actual evaporation)
tetapi masih harus dikalikan dengan koefisien pan yang harganya lebih kecil
dari satu. Hal ini disebabkan karena kemampuan menyimpan panas berbeda antara
pan dan danau, juga terjadi pertukaran panas antara pan dengan tanah, air dan
udara disekitarnya. Untuk class A evaporation besarnya koefisien pan adalah 0,6
– 0,8.
2. Sunken Pan
Sejenis
pan yang sebagian ditanam masuk ke dalam tanah dengan maksud memasukkan faktor
pengaruh tanah terhadap penguapan. Ada tiga jenis Sunken Pan yaitu, Colorado
Sunken Pan yang mempunyai penampang 3 feet persegi dan tinggi 18 in dengan
koefisien pan 0,79 – 0,98.
Jenis
yang kedua adalah Young Screened Pan yaitu pan yang mempunyai diameter 2 feet
dan tinggi 3 feet dengan koefisien pan 0,91 – 0,99 (mendekati satu). Jenis yang
ketiga adalah BPI pan (Bureau of Plant Industry) yang mempunyai diameter 6 feet
dan tinggi 2 feet dengan koefisien pan 0,91 – 0,99 (mendekati satu).
3. Floating Pan
Untuk
memasukkan faktor pengaruh massa air terhadap penguapan dipakai jenis pan yang
lain yaitu Floating Pan yang pada dasarnya adalah sama dengan pan yang lain
tetapi diapungkan di atas permukaan air (danau). Pan jenis ini mempunyai
koefisien 0,8.
Ada
tiga kejadian perubahan muka air di dalam pan, yaitu :
a. Bila muka air turun dari standar
ukur dan pada hari itu tidak terjadi hujan, maka besar evaporasi yang terjadi
di pan adalah sama dengan besarnya tinggi air yang ditambahkan dalam pan supaya
muka air mencapai tinggi standar.
b. Bila muka air turun dari standard
ukur dan pada hari itu terjadi hujan, maka besar evaporasi yang terjadi di pan
adalah sama dengan besarnya tinggi air yang ditambahkan dalam pan supaya mika
air mencapai tinggi sudut standar ditambah tinggi hujan pada hari itu.
c. Bila muka air naik dari standard
ukur dan pada hari itu terjadi hujan, maka besarnya evaporasi yang terjadi di
pan adalah sama dengan tinggi hujan yang terjadi hari itu dikurangi dengan
tinggi air yang dibuang dari pan supaya muka air mencapai tinggi standar.
A. C. Cara Perhitungan
1. Evaporasi dari permukaan air
bebas
Perumusan
dasarnya (Dalton) adalah sebagai berikut :
E=C(ew-ea)f(u) dimana :
E
= evaporasi dari permukaan air (open water)
C
= koefisien tergantung dari tekanan barometer
u
= kecepatan angin
ew
= tekanan uap jenuh muka air danau
ea
= tekanan uap udara di atasnya
2. Neraca Air (water Budget)
Persamaan
storage secara umum adalah sebagai berikut :
E=P+Si±Wo+So+∆S dimana :
E
= evaporasi
P
= total persipitasi
Si
= surface inflow (kalau ada)
GWo
= ground water out flow
So
= surface out flow
ΔS
= perubahan storage dipermukaan dan dibawah permukaan (sub surface)
Perhitungan
sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer tiga mangkok. Panjang
lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan itu pada suatu waktu
berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat dihitung :
[(20x3)m/10 dt = 6 m/dt].
BAB
VII
SUHU
UDARA
A. Landasan
Teori
Suhu udara adalah
ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul. Suhu
suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk
memindahkan (transfer) panas ke benda – benda lain atau menerima panas dari
benda – benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan
panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda,
semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu
dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin
tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
Suhu
menyatakan tingkat energi bahan rata-rata suatu benda. Ia dinyatakan dalam
satuan derajat. Ada tiga macam satuan penggolongan suhu yang umum, yaitu sistim
Reamur, sistem Fahreinheit, dan Celcius. Namun yang paling populer adalah yang
disebut dua terakhir.
Dalam biosfer, suhu benda alami, beragam menurut tempat dan waktu yang disebabkan oleh perbedaan benda dalam menerima energi radiasi surya dan hasil pengaruh energi ini terhadap sekelilingnya. Menurut tempat ia ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan menurut lintang di bumi. Menurut waktu ia ditentukan oleh sudut inklinasi surya. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi.
Dalam biosfer, suhu benda alami, beragam menurut tempat dan waktu yang disebabkan oleh perbedaan benda dalam menerima energi radiasi surya dan hasil pengaruh energi ini terhadap sekelilingnya. Menurut tempat ia ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan menurut lintang di bumi. Menurut waktu ia ditentukan oleh sudut inklinasi surya. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi.
Beberapa
unsur yang mempengaruhi suhu secara horizontal di permukaan bumi antara lain :
1.
Letak
lintang suatu tempat.
2.
Pengaruh
arus laut
3.
Distribusi
antara daratan dan lautanPenyebaran suhu udara menurut waktu dapat dikaji dalam
dua pola :
·
Pola
suhu diurnal (suhu udara setiap jam selama 24 jam)
·
Pola
suhu udara rata-rata harian menurut bulanan dan tahunan.
(Dasar-dasrar Klimatologi 2000)
(Dasar-dasrar Klimatologi 2000)
B.
Prinsip Dan Cara Kerja
Alat
Dasar pengukuran suhu
Alat
pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat –
sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda
cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang
digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer, misalnya
Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang panas dan tidak
perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak
berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama – tama ditentukan 2
titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu.
Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi – bagi
dalam skala – skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu. Skala – skala
tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan
demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke
sepuluh.
- Skala Suhu
Titik
es adalah suhu dimana es murni mulai mencair di bawah tekanan dari luar 1
atmosfer standar (normal) yaitu tekanan yang dapat menahan berat sekolom air
raksa setinggi 76 cm atau 1013,250 mb. Sedangkan yang dimaksud titik uap adalah
suhu dimana air murni mulai mendidih dibawah tekanan dari luar 1 atmosfer
standar.
Skala
suhu yang biasa digunakan yaitu :
1.Skala
Celsius, dengan titik es 0°C dan titik uap 100°C dan dibagi menjadi 100 bagian
(skala).
2.Skala
Fahreinheit, dengan titik es 32°F dan titik uap 212°F, dibagi menjadi 180
bagian (skala).
- Variasi Harian Suhu Permukaan
Selama
24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan – perubahan. Di atas lautan
perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan – lahan daripada di atas
daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan
tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah
pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara
siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya
tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup
dari atas daratan dan sebaliknya.
BAB VI
KECEPATAN DAN
ARAH ANGIN
A. Landasan
Teori
Cuaca dan iklim
merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga segala kegiatan
dipermukaan bumi tidak lepas dari pengaruh cuaca dan iklim. Ada 3 komponen yang
saling pengaruh-mempengaruhi yaitu soil, plant, atmosphere
(tanah-tumbuhan-atmosfir). Dalam dunia pertanian sasaran utamanya adalah
mengelola tanaman beserta faktor lingkungannya untuk mendapatkan hasil yang
baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Salah satu
unsur cuaca seperti angin, dapat juga mempengaruhi hasil dari pertanian itu sendiri.
Angin sangat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan dari tanaman tersebut,
karena angin bisa membantu proses perkembangbiakan tanaman-tanaman pertanian. Angin sangat berpengaruh pada curah
hujan suatu daerah, karena yang menentukan dimana hujan turun adalah angin yang
menghembuskan awan mendung ke suatu daerah.
Bentuk
presiritasi terpenting di Indonesia adalah hujan karena pengaruhnya terhadap
bidang pertanian sangat luas, curah hujan daerah satu dengan daerah yang
lainnya berbeda-beda tergantung dari kondisi lingkungannya. Data hidrologi
semacam curah hujan, sangat perlu untuk memperkirakan kabutuhan air di lahan
pertanian. Ini terkait untuk mendukung program ketahanan pangan di daerah
pertanian. Suburnya lahan pertanian di sebagian besar dataran sangatlah
bergantung dari limpahan air hujan. Dengan adanya air hujan, diperkirakan
sekitar 150 ton nutrisi jatuh ke Bumi setiap tahunnya. Selain itu, hujan akan
menjamin ketersediaan air bagi kehidupan di Bumi. Pasalnya, air segar yang langsung
dapat dikonsumsi manusia adalah berupa air hujan.
Pada
praktikum kali ini kita diperkenalkan alat untuk pengukuran arah dan kecepatan
angin serta curah hujan. Anemometer untuk pengukuran arah dan kecepatan angin
sedangkan Penakar Hujan Otomatis untuk mengukur curah hujan. Pengetahuan
tentang alat dan kegunaannya akan semakin lengkap dan optimal dengan mengamati
alat-alat tersebut dalam praktikum agroklimatologi.
Angin merupakan
suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah
kecepatannya sedang arahnya adalah darimana datangnya angin. Kecepatan angin
dapat dihitung dari jelajah angin (cup counter anemometer) dibagi waktu
(lamanya periode pengukuran). Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup‑counter
anemometer dalam keadaan bergerak. (Anonim, 2010).
Angin
adalah gerak nisbi terhadap permukaan bumi. Gerak atmosfer terhadap
permukaan bumi ini memiliki dua arah yaitu arah
horizontal dan arah vertikal. Kedua gerak atmosfer ini disebabkan oleh ketidaksetimbangan
radiasi bersih, kelembaban
dan momentum di antara lintang rendah dan lintang
tinggi di satu pihak dan di antara
permukaan bumi dan atmosfer di pihak lain
(Prawirowardoyo, 1996).
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi gerak atmosfer itu sendiri yaitu topografi,
distribusi antara permukaan daratan dan lautan, serta arus laut. Gerak atmosfer
yang umum adalah gerak horizontal, karena daerah yang diliputinya jauh lebih
luas dan kecepatan horizontalnya jauh lebih besar daripada vertikalnya. Akan
tetapi yang merupakan sumber pembentukan awan konvektif dan curahan yang
berperan penting dalam menentukan cuaca dan iklim adalah gerak vertikal.
Perubahan
cuaca di atas permukaan bumi pada dasarnya adalah hasil dari gerak atmosfer
atau gerak udara, yaitu gerak yang dihasilkan oleh berbagai gaya yang bekerja
pada paket udara. Adapun gaya utama penggerak angina yaitu gaya gradien
tekanan, yang timbul karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh
perbedaan suhu. Sedangkan gaya-gaya sekunder yang mempengaruhi angin yaitu gaya
Coriolis (yang timbul karena adanya rotasi bumi), gaya sentrifugal dan gaya
gesekan.
Ada alat pengukur angin yang langsung
mengukur kecepatanya. Jadi jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu bila ada
angin. Arah angin ditunjukan oleh wind-vne yng dihubungkan dengan alat penunjuk
arah mata anginatau dalam angka. Angka 45 o arah angin dari laut,
angka 90 o arah angin dari timur, angka 135 o arah angin
dari tenggara, angka 180 o arah angin dari selatan, angka 225 o
arah angin dari Barat daya, angka 270 o arah angin dari barat, angka
315 o arah angin dari Barat laut,
angka 360 o bearti arah angin dari utara.
B.
Prinsip dan cara kerja
Pada saat tertiup angin,
baling-baling/mangkuk yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan
angin meniup mangkuk-mangkuk tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya
piringan mangkuk-mangkuk. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat
diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometerterdapat alat
pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian
dicocokkan dengan Skala Beaufort.
Prinsip kerja dari anemometer dapat diringkas sebagai
berikut:
1.
Angin mengadakan tekanan yang kuat pada bagian
baling-baling yang berbentuk cekung (mangkuk).
2.
Bagian yang cekung akan berputar ke satu
arah.
3.
Poros yang berputar dihubungkan dengan
dinamo kecil.
4.
Bila baling-baling berputar maka akan
terjadi arus listrik yang besarnya sebanding dengan kecepatan putaran.
5.
Besarnya arus listrik dihubungkan
dengan galvanometer yang telah ditera dengan satuan kecepatan
dalam knots, m/detik, atau km/jam.
Lamanya pengamatan maupun data hasil pencatatan biasanya disesuaikan dengan
kepentingannya. Untuk kepentingan iklim umumnya dicari rata-rata kecepatan
dan arah angin selama periode 24 jam (nilai harian). Berdasarkan nilai ini
kemudian dapat dihitung nilai mingguan, bulanan dan tahunannya. Bila dinilai
perlu dapat dilakukan pengamatan dengan interval waktu lebih pendek agar dapat
diketahui rata-rata kecepatan angin pada periode pagi, siang, dan malam.
Cara pemakaian anemometer termal
adalah sebagai berikut:
1. Tekan tombol ON/OFF
2. Akan
tampil semua item pengukuran pada layar
3. Pilih
mode pengukuran yang diinginkan
4. Tekan
tombol HOLD untuk melihat hasil pengukuran
C.
Cara Perhitungan
Cara Kerja Anemometer adalah dengan adanya hembusan angin yang menegenai baling-baling pada perangkat. Putaran dari baling-baling tersebut akan di konversi menjadi sebuah besaran dalam bahasan matematika. Baling-baling pada anemometer digunakan sebagai alat reseptor atau yang menangkap suatu ransangan berupa hembusan angin, setelah baling-baling berputar maka hal inni akan menggerakkan sebuah alat yang akan mengukur kecepatan angin yang berhembus melalui putaran dari baling-baling dari anemometer. Jenis yang paling sederhana adalah Cup anemometer yang terdiri dari tiang vertikal dengan empat lengan horozontal menempel keatas. Piala yang melekat pada ujung empat lengan dan angin menyebabkan cup untuk memutar lengan sekitar tiang tengah. Cup anemometer rentan terhadap gesekan yang membuatnya kurang akurat dari dari pada versi yang lebih maju.
Gambar
Sangkar cuaca (termometer bola basah & termometer bola kering)
C.
Cara Perhitungan
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam
termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit
dan Kelvin. Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer
lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan K = C + 273.(derajat)
Karena dari Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai
dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0
derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5,
maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan
atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita
menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2010. Kelembaban Udara. http://machohacker.wordpress.com. Diakses 31
Mei 2010
Gabriel, 2001. Klimatologi Umum. ITB. Bandung
Sosrodarsono, Suyono (1999). “ Hidrologi untuk Pengairan”, Jakarta :
PT Pradnya Paramita. Hal 27-55.
Benjamin Lakitan, 1997. Dasar –
Dasar Klimatologi. Rj Grfindo Persada. Jakarta
Bayong Tjsyono Hk, 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Marizal surya., Yulensri., “Buku Kerja Praktek Mahasisswa (BKPM),
Klimatologi Pertanian, (Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, 2010 ).
Soemeinaboedhy, Nyoman I,2006.Agroklimatologi.UPT Universitas
Mataram: Mataram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar