Senin, 01 Desember 2014

Laporan klimatologi alat-alat meteorologi kehutanan


LAPORAN KLIMATOLOGI
ALAT-ALAT METEOROLOGI


Oleh

DONY SUDIARTA PRATAMA
C1L013025





PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013






A. Latar Belakang
        Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer bumi khususnya untuk keperluan prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa Yunani meteoros atau ruang atas (atmosfer), dan logos atau ilmu. Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.
        Stasiun Meteorologi merupakan suatu tempat, dimana didalamnya mengadakan pengamatan yang continue terhadap keadaan lingkingan, baik itu berhubungan dengan iklim maupu dengan cuaca. Suatu stasiun meteorologi biasanya mengadakan pengamatan kondisi iklim selama sepuluh tahun berturut-turut, sehingga akan diperoleh gambaran umum tentang rerata keadaan iklim di suatu tempat atau wilayah tertentu. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang akurat, maka dibutuhkan beberapa persyaratan tertentu. Yang pertama adalah penempatan lokasi stasiun meteorologi harus mewakili keadaan suatu lahan atau wilayah yang luas. Yang kedua adalah masing-masing alat harus dapat memberikan hasil atau data yang absah (tepat dan akurat), tidak mudah rusak, mudah penggunaannya erta perawatannya. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah pengamatan harus dapat dipercaya, terlatih, dan terampil.

B. Tujuan praktikum
        Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan Mengenal stasiun meteorologi dan alat-alat pengukur cuaca.
2.  Mempelajari prinsip kerja, cara penggunaan alat.
3. Mengetahui cara perhitungan alat-alat meteorologi
4. Mengetahui lebih luas tentang meteorologi
BAB II
RADIASI MATAHARI



A. Landasan Teori
        Radiasi adalah suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001).
        Pada waktu radiasi surya memasuki sistem atmosfer menuju permukaan bumi (darat dan laut), radiasi tersebut akan dipengaruhi oleh gas-gas aerosol, serta awan yang ada diatmosfer. Sebagian radiasi akan dipantulkan kembali keangkasa luar, sebagian akan diserap dan sisanya diteruskan kepermukaan bumi berupa radiasi langsung (dircet) maupun radiasi baur (diffuse). Jumlah kedua bentuk radiasi ini dikenal dengan “Radiasi Global”. Alat pengukur radiasi surya yang terpasang pada station. Station klimatologi (Solarimeter atau Radiometer) untuk mengukur radiasi global. (Monteith, j. L. 1975)
        Penerimaan radiasi surya dipermukaan Bumi sangat berfariasi menurut tempat dan waktu. Menurut tempat khususnya disebabkan oleh perbedaan letak lintang serta keadaan atmosfir terutama awan. Pada skala mikro arah lereng sangat menentukan jumlah radiasi yang diterima. Menurut waktu perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (dari pagi sampai sore hari) maupun secara musiman (dari hari ke hari), karena sebaran energi radiasi menurut panjang gelombang sekitar λm, maka secara umum dapat dikatakan bahwa panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. (Handoko, 1993)
        Secara khusus Campbell Stokes dipergunakan untuk mengukur waktu dan lama matahari bersinar dalam satu hari dimana alat tersebut dipasang. Campbell Stokes terdiri dari beberapa bagian yaitu Bola kaca pejal (umumnya berdiameter 96 mm). Plat logam berbentuk mangkuk, sisi bagian dalamnya bercelah-celah sebagai tempat kartupencatat dan penyanggah tempat bola kaca pejal dilengkapi skala dalam derajat yang sesuai dengan derajat lintang bumi. Bagian Pendiri (stand), Bagian dasar terbuat dari logam yang dapat di-leveling. Kertas pias terdiri dari 3 (tiga) jenis menurut letak matahari. Prinsip kerja Sinar matahari yang datang menuju permukaan bumi, khususnya yang tepat jatuh pada sekeliling permukaan bola kaca pejal akan dipokuskan ke atas permukaan kertas pias yang telah dimasukkan ke celah mangkuk dan meninggalkan jejak bakar sesuai posisi matahari saat itu. Jumlah kumulatif dari jejak titik bakar inilah yang disebut sebagai lamanya matahari bersinar dalam satu hari (satuan jam/menit). Sinar-sinar dengan gelombang lebih panjang dari sinar yang lebih tampak disebut sinar-sinar infra merah dan sinar-sinar ini sebagian besar mengalami penyerapan diatmosfer. Sinar-sinar dengan panjang gelombang  lebih pendek dalam spectrum matahari adalah sinar-sinar ultraviolet yang mampu menghasilkan suatu efek fotokimia tertentu. Diantara dua macam berkas radiasi yang tidak kelihatan ini merupakan bagian ynag kelihatan dari spektrum yang diketahui sebagai cahaya matahari dan paling efektif memanasi bumi. Jika sinar-sinar spektrum matahari mencapai bumi sebagian diserap dan dirubah dari gelombang pendek menjadi gelombang panjang yang dikenal sebgai panas. Tenaga yang diperoleh dari cara ini merupakan bahan  bakar untuk prose-proses cuaca dan iklim, dan di-transfer baik vertikal maupuan horizontal menimbulkan variasi keadaan temperatur. Akhirnya ini, hilang dengan cara radiasi dari atmosfer keruang angkasa (Wisnubroto, dkk : 1981).
        Radiasi melibatkan pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan(Pitts and Sissom, 2001). 
Radiasi surya (surya = matahari) sumber energi utama untuk proses-proses fisika atmosfer yang menentukan keadaan cuaca dan iklim di atmosfer bumi. Permukaan matahari bersuhu 6000 K, dengan jarak dari bumi 150 juta Km. Rata-rata 30% radiasi yang sampai dipermukaan bumi dipantulkan kembali ke angkasa luar.
   Karakteristik Radiasi Surya dan Bumi Setiap benda di alam yang bersuhu 0 K (-273o C) memancarkan radiasi berbanding lurus dengan pangkat empat suhu permukaannya (Hukum Stefan – Boltzman)
F = ε σ T4
F   = Pancaran RAdiasi (Wm2)
ε   = emisivitas permukaan, bernilai satu untuk benda hitam (black body radiation), sedangkan untuk benda-benda alam berkisar 0.9-1.0)
σ   = tetapan Stefan – Boltzman (5.67 10-8 Wm2)
T   = Suhu permukaan (K).
   Panjang gelombang semakin pendek bila suhu permukaan yang memancarkan radiasi tersebut lebih tinggi. Karena panjang gelombang radiasi surya relatif pendek dibandingkan benda-benda alam lainnya maka disebut radiasi gelombang pendek. Radiasi bumi/benda-benda yang ada dibumi disebut radiasi gelombang panjang.
   Faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi surya secara makro yaitu : Jarak antara matahari dan Bumi, Panjang hari dan sudut dating, Pengaruh atmosfer bumi .
   Perbandingan antara radiasi gelombang pendek (surya) yang dipantulkan dengan yang datang disebut albedo permukaan .
   Di Atmosfer, uap air dan CO2 adalah penyerap radiasi gelombang panjang utama.  Energi radiasi yang diserap oleh kedua gas tersebut dipancarkan kembali ke permukaan bumi diiringi dengan peningkatan suhu udara (efek rumah kaca = green house effect).
   Seperti rumah kaca, radiasi surya mampu menembus atap kaca karena energinya besar, sedangkan radiasi gelombang panjang dari dalam rumah kaca tidak mampu menembus atap kaca sehingga terjadi penimbunan energi yang berlebihan dalam rumah kaca tersebut yang meningkatkan suhu udara..
   Gas Rumah Kaca (GRK) = uap air, CO2 dan methane) dapat menyebabkan pemanasan global.( Anonim, 2010)


B. Prinsip dan cara kerja alat
        Cara kerja alat Solarimeter dan Campbell stokes adalah :
1. Memasang alat solarimeter dan Campbell Stokes yang di tempatkan di lahan
2. Campbell stokes benar-benar terletak horizontal. Hal ini dilakukan dengan cara mengatur ketinggian setiap sudut tiang penopang alat yang diatur dengan melihat water-pas yang terpasang.
3. Kemudian, setelah pemasangan alat selesai, memasang pias yang sesuai. Untuk Campbell Stokes menggunakan pias lirus lengkung pendek karena surya hanya memberikan sinarrnya dalam jangka waktu harian yang lebih pendek.
4. Setelah itu, menghitung intensitas radiasi dan lama penyinaran surya yang terekam selama 30 menit dan mencatat keadaan kejernihan atmosfer (langit) hari itu.
  

C. Cara Perhitungan
     1. Campbell Stokes

        Lamanya penyinaran sinar matahari dicatat dengan jalan memusatkan (memfokuskan) sinar matahari melalui bola gelas hingga fokus sinar matahari tersebut tepat mengenai pias yang khusus dibuat untuk alat ini dan meninggalkan pada jejak pias. Dipergunakannya bola gelas dimaksudkan agar alat tersebut dapat dipergunakan untuk memfokuskan sinar matahari secara terus menerus tanpa terpengaruh oleh posisi matahari. Pias ditempatkan pada kerangka cekung yang konsentrik dengan bola gelas dan sinar yang difokuskan tepat mengenai pias. Jika matahari bersinar sepanjang hari dan mengenai alat ini, maka akan diperoleh jejak pias terbakar yang tak terputus. Tetapi jika matahari bersinar terputus-putus, maka jejak dipiaspun akan terputus-putus. Dengan menjumlahkan waktu dari bagian-bagian terbakar yang terputus-putus akan diperoleh lamanya penyinaran matahari.

        Untuk mengetahui intensitas radiasi yang jatuh pada permukaan bumi baik yang langsung maupun yang dibaurkan oleh atmosfer. Intensitas radiasi matahari ialah jumlah energi yang jatuh pada suatu bidang persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat bermacam-macam radiasi seperti :
a.      Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai ke permukaan bumi.
b.      Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
c.      Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh permukaan bumi.
d.      Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang berupa gelombang panjang.
e.      Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
f.        Global (total) Radiation (Q)
g.      Net Radiation (R)
Dengan banyaknya jenis radiasi yang terdapat didalam atmosfer berarti banyak pula alat-alat yang diperlukan untuk mengukur radiasi langsung (S). Misalnya :
  • Pyrheliometer untuk mengukur radiasi langsung (S)
  • Solarimeter dan Pyranometer untuk radiasi total (Q)
  • Pyrgeometer untuk mengukur radiasi bumi (O)
  • Net Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
Pada prinsipnya sensor alat pengukur intensitas radiasi matahari dibagi 2 jenis :
  1. Sensor yang dibuat dari bimetal yaitu 2 jenis logam yang mempunyai koefisien muai panjang yang berbeda dan diletakkan satu sama lainnya. Alat yang memakai sensor jenis ini ialah Actinograph.
  2. Sensor yang dibuat dari Thermopile seperti yang terdapat pada Solarimeter, Pyranometer dll
     2. Amstrong Pyrheliometer
         Pyrheliometer dipakai untuk mengukur intensitas radiasi matahari langsung (S). Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu sensor yang menghasilkan gaya gerak listrik dan recorder yang berisi battery, galvanometer dan amperemeter. Sensor berada didalam sebuah tabung/silinder logam yang dapat diputar horizontal dan vertikal. Tabung diputar mengikuti gerakan matahari sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke permukaan sensor. Pada bagian ujung/ muka tabung terdapat tutup yang dapat diputar terhadap permukaan silinder. Penutup ini berfungsi sebagai pelindung sensor terhadap matahari dan juga sebagai pemutus dan penghubung kontak listrik.
    3. Solarimeter Dan Pyranometer
           Digunakan untuk mengukur radaiasi matahari total. Untuk memperoleh data intensitas matahari secara kontinue, Solarimeter dihubungkan ke sebuah alat pencatat yang dinamakan Chart Recorder yang mempunyai sifat Self Balancing Potentiometric yaitu suatu recorder yang bekerjanya berdasarkan keseimbangan antara signal (tenaga listrik yang masuk berasal dari Solarimeter dengan tenaga listrik dari power supply. Gerakan dan kedudukan pena ditentukan oleh keseimbangan kedua unsur tersebut.  
Dengan demikian recorder ini memerlukan tenaga listrik yang diperlukan selain untuk keseimbangan juga untuk menggerakkan pias (Chart) dan jam. Recorder ini sangat peka terutama ketika sedang beroperasi, sedapat mungkin dihindarkan terhadap getaran-getaran yang dapat mengganggu keseimbangan.



BAB III
KELEMBABAN UDARA



A. Landasan Teori
        Kelembaban nisbi pada suatu tempat tergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut. Kandungan uap air yang aktual ini ditentukan oleh ketersediaan air tempat tersebut serta energi untuk menguapkannya. Jika daerah tersebut basah dan panas seperti daerah-daerah di kalimantan, maka penguap akan tinggi yang berakibat pada kelembaban mutlak serta kelembaban nisbi yang tinngi. Sedangkan daerah pegunungan di Indonesia umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi karena suhunya rendah sehingga kapasitas udara untuk menampung uap air relatif kecil (Handoko, 1986).
        Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan tekanan uap aktual, maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut merupakan tekanan uap jenuh. Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat ditulis dengan persen ( Sutrisno, 1986 ).
        Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip kesetaraan potensi air antara udara dengan bahan padat tertentu. Jika suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air dari larutan larutan air tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara potensi air dengan potensi air larutan. Potensi air udara ber hubungan dengan kelembaban relatif udara tersebut (Lakitan, 2002)
        Kelembaban relatif akan diukur dengan menghembus udara pada dua buah termometer, salah satu diantaranya dibungkus dengan kain basah (bola basah) dan lainnya kering (bola kering) pendekatan gravimetricmerupakn pengukuuran langsung (oleh sebab itu merupeken yang paling akurat. Untuk kelembaban udara dijadikanpatokan untuk kalibrasi instrument_ instrumentpengukuran kelembaban air lainnya. Etimasi kasar (tapi praktis) untuk kelembaban relative berdasarkan data kerapatan uap air dan suhu udara dapat dilkukan dengan menggunakan penyajian hubunga antra suhu udra, kerapatan uap air, suhu bola basah, dan kelembaban (Syehan, 1990).

B. Prinsip dan cara kerja alat
        Alat-alat untuk mengukur Relative Humidity dinamakan Psychrometer atau Hygrometer. Pada umumnya alat bola kering dan bola basah dinamakan Psychrometer. Dengan Hygrometer, Relative Humidity dapat langsung dibaca. Hygrometer ialah alat yang mencatat Relative Humidity.
        Higrometer banyak dipakai untuk pengukur kelembaban ruangan pada budidaya jamur,kandang reptil, sarang burung walet maupun untuk pengukuran kelembaban padapenetasan telur Hygrometer yang digunakan mempunyai skala dari 0 hingga 120. Kelembapan ideal berada pada nilai 40 sampai 70. Apabila termometer penunjuk berada pada nilai dibawah 40, anda harus menambahkan air pada tempat yang sudah disediakan.
Prinsip Kerja Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer.Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang keduauntuk mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapasyang basah). Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akanmengukur suhu udara sebenarnya.Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhusaturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban denganmempergunakan Psychrometer ialah :
1.    Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
2.    Kecepatan udara melalui Thermometer bola
3.    Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi
4.    Letak bola kering atau bola basah
5.    Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain

C. Cara perhitungan
        Psychrometer ini terdiri dari dua buah thermometer air raksa, yaitu :
1.      Thermometer Bola Kering      : tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur suhu udara sebenarnya.
2.      Thermometer Bola Basah       : tabung air raksa dibasahi agar  suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.
Suhu udara didapat dari suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH  (kelembaban udara) didapat dengan perhitungan:


Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan Psychrometer ialah :
a.      Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
b.      Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
c.      Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
d.      Letak bola kering atau bola basah
e.      Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain




BAB VI
CURAH HUJAN


A. Landasan Teori
        Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah cueah hujan rata-rata diseluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini disebut curah hujan wilayah/daerah dan dinyatakan dalam mm. Curah hujan daerah ini harus diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Studi yang dilakukan untuk menganalisis curah hujan ini dilakukan pada stasiun Bronggang, Godean, Seyegan, dan Beran. Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di beberapa stasiun adalah mengunakan cara Arithmatic Mean, Thiessen, dan Isohytal Teori yang terdapat dalam makalah ini mengunakan studi pustaka dan internet. Pada makalah ini gambaran studi yang dihasilkan adalah untuk menjelaskan proses distribusi curah hujan wilayah/daerah (regional distribution). Data- data yang didapat dari stasiun pos curah hujan Bronggang, Seyengan, Godean dan Beran ditambah satu stasiun pos curah hujan dengan lengkung massa. (Sosrodarsono, 1999).
        Curah hujan merupakan total air hujan yang terjatuh pada permukaan tanah dalam waktu tertentu yang diukur menggunakan satuan  tinggi dalam milimeter (mm) pada permukaan tanah datar. Dengan pengertian lain curah hujan juga bisa didefinisikan dengan  tinggi air hujan yang terkumpul pada suatu kawasan pada permukaan tanah yang datar, air hujan yang tertampung itu tak  boleh menguap, tak meresap ke dalam tanah dan juga tak mengalir. Angka curah hujan 1 mm maksudnya adalah untuk luasan 1 meter persegi pada daerah yang datar telah tertampung air dengan  tinggi 1 milimeter atau telah terkumpul air hujan sejumlah 1 liter.
Indonesia adalah wilayah yang mempunyai intensitas curah hujan  yang berfluktuasi yang disebabkan wilayah Indonesia sendiri memiliki ketinggian yang bervariasi. Indonesia mempunyai wilayah yang dilewati garis khatulistiwa dan mayoritas wilayah di Indonesia adalah daerah dengan iklim tropis, biarpun begitu secara rata-rata sejumlah  kawasan di tanah air kita ini mempunyai intensitas curah hujan yang lumayan tinggi berkisar antara 2000-3000 mm per tahun.

Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
1.    Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
2.    Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
3.    Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
4.    Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
5.    Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
6.    Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
a.      Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
b.    Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
c.     Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari.
7.    Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120(Bujur Timur)..
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
1.    Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
2.    Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
3.    Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
4.    Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.


B. Prinsip Dan Cara Kerja Alat
1.      Penakar hujan Observatorium (OBS)
   Panakar hujan Onservatorium merupakan penakar hujan non-recording atau tidak dapatmencatat sendiri. Penakar hujan OBS berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh pada permukaan tanah dalam periode waktu 24 jam. Jumlah curah hujan yang terukur dinyatakandalam satuan mm.Panakar hujan OBS, pada pengamatan Agroklimat diamati tiap jam 07.00 waktusetempat, sedangkan untuk pengamatan sinoptik diamati tiap jam.Pancatatan data curah hujan hasil pengukuran dinyatakan dalam bilangan bulat. apabilatidak ada hujan ditulis strip (-). Bila curah hujan yang terukur kurang dari 0.5 mm maka ditulis 0, jika lebih dari 0.5 ditulis 1.
Panakar hujan OBS terdiri dari lima bagian utama yaitu :
a.       Corong penakar yang berbentuk lingkaran yang dapat dilepas dengan luas100 cm persegi.
b.      Tabung panampung air hujan.
c.       Kran untuk mengeluarkan air
d.      Penyangga
e.       Gelas ukur dengan skala 0 – 25 mm. (lihat gambar Penakar hujan Observatorium (OBS)
2.      Cara Kerja Alat
Saat terjadi hujan, air hujan yang tercurah masuk dalam corong penakar. Air yang masuk dalam penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam-jam pengamatanair hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur. Apabila jumlah curah hujan yang tertampung jumlahnya melebihi kapasitas ukur gelas ukur, maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang tertampung dapat terukur semua.



C. Cara Perhitungan
dimana :
I                        : Intensitas curah hujan (mm/jam)
t                        : Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
R24                    : Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)
]R24 dapat diartikan sebagai curah hujan dalam 24 jam (mm/hari)
Rata-rata CH = R1(a1/A) + R2(a2/A) + R3(a3/A) + . . . + Rn(ai/A)
dimana R = jumlah curah hujan pada penakar/stasiun di daerah a



BAB V
EVAPORASI


Tidak semua air yang ada dalam tubuh tanaman dimanfaatkan oleh tanaman tersebut untuk kelangsungan hidupnya melainkan air tersebut dapat hilang dalam bentuk uap air yang prosesnya di kenal dengan istilah evaporasi. Evaporasi merupakan adanya respon terhadap temperatur dan ini adalah dasar yang bagi kehidupan tumbuhan dimana molekul gas berdifusi lebih cepat pada temperatur tinggi. Kehilangan air bagi tanaman juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat tanaman itu hidup. Tumbuhan yang ada di daerah tropika kehilangan airnya bisa mencapai 500 liter perhari sedangkan pada tanaman padang pasir seperti kaktus, kehilangan airnya kurang dari 25 ml perhari. Ini karena daerah padang pasir persedian airnya sangat minim dan permukaan dari kaktus sangat kecil sehingga kaktus menekan terjadinya penguapan dan meminimalisir dehidrasi tanaman ( Bidwell, 1979 ).
Didalam tubuh tanaman air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat membuat lingkungan yang sesuai untuk berlangsungnya proses fisiologis dan juga merupakan bagian penyusun tanaman seperti sitoplasma. Jumlah air yang terkandung pada tanaman tergantung pada jenis tanaman tersebut, misalnya tanaman herba lebih banyak mengandung air dibandingkan tanaman perdu. Air yang terkandung pada keseluruhan tubuh tanaman berkisar antara 80-90%, kadar air untuk tiap-tiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan habitat dan spesiesnya. Air mengisi hampir seluruh bagian tanaman tersebut (Greulach, 1976 ).
   Evaporasi (diberi notasi E0) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan air (seperti laut, danau, dan sungai), permukaan tanah (genangan air di atas tanah dan penguapan dari permukaan air tanah yang dekat dengan permukaan tanah), dan permukaan tanaman (intersepsi). Apabila permukaan air tanah cukup dalam, evaporasi dari air tanah adalah kecil dan dapat diabaikan.
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi : radiasi matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan besarnya penguapan yang terjadi diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti BMKG, Dinas Pengairan, dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data klimatologi.
Pada siklus hidrologi evaporasi berperan penting untuk menguapkan partikel-partikel dalam air menjadi uap air yang akan menyebabkan awan terbentuk dan nantinya akan menyebabkan terjadinya hujan. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif (consumtif use) untuk tanaman dan lain-lain

B. Prinsip Dan Cara Kerja Alat
1.      Class a Pan evaporation
   Alat yang digunakan adalah Pan Evaporation, alat ini dilakukan pengamatan setiap hari yaitu pada pagi hari dengan mengukur ketinggian air dari standar yang telah dipasang pada bagian permukaan alat.  Perhitungan dengan mengurangkan ketinggian air hari ini dengan ketinggian air kemarin / sehari sebelumnya, tetapi selama pengukuran terdapat hujan maka harus ditambahkan jumlah airnya.
   Merupakan pan yang terbuat dari logam diletakkan di atas permukaan tanah pada susunan kayu setinggi 6 in. Tinggi pan 10 in dengan diameter 4 feet yang di dalamnya diisi air dengan ketinggian sesuai dengan standard ukur di dalamnya (Gambar 4.1) yang mempunyai ketinggian 7 in – 8 in. Besarnya evaporasi adalah dengan melihat perubahan tinggi muka air terhadap tinggi standard ukurnya. Besarnya evaporasi di pan bukan merupakan besarnya evaporasi yang sebenarnya (actual evaporation) tetapi masih harus dikalikan dengan koefisien pan yang harganya lebih kecil dari satu. Hal ini disebabkan karena kemampuan menyimpan panas berbeda antara pan dan danau, juga terjadi pertukaran panas antara pan dengan tanah, air dan udara disekitarnya. Untuk class A evaporation besarnya koefisien pan adalah 0,6 – 0,8.
2.      Sunken Pan
Sejenis pan yang sebagian ditanam masuk ke dalam tanah dengan maksud memasukkan faktor pengaruh tanah terhadap penguapan. Ada tiga jenis Sunken Pan yaitu, Colorado Sunken Pan yang mempunyai penampang 3 feet persegi dan tinggi 18 in dengan koefisien pan 0,79 – 0,98.
Jenis yang kedua adalah Young Screened Pan yaitu pan yang mempunyai diameter 2 feet dan tinggi 3 feet dengan koefisien pan 0,91 – 0,99 (mendekati satu). Jenis yang ketiga adalah BPI pan (Bureau of Plant Industry) yang mempunyai diameter 6 feet dan tinggi 2 feet dengan koefisien pan 0,91 – 0,99 (mendekati satu).
3.      Floating Pan
Untuk memasukkan faktor pengaruh massa air terhadap penguapan dipakai jenis pan yang lain yaitu Floating Pan yang pada dasarnya adalah sama dengan pan yang lain tetapi diapungkan di atas permukaan air (danau). Pan jenis ini mempunyai koefisien 0,8.  
Ada tiga kejadian perubahan muka air di dalam pan, yaitu :
a.    Bila muka air turun dari standar ukur dan pada hari itu tidak terjadi hujan, maka besar evaporasi yang terjadi di pan adalah sama dengan besarnya tinggi air yang ditambahkan dalam pan supaya muka air mencapai tinggi standar.
b.   Bila muka air turun dari standard ukur dan pada hari itu terjadi hujan, maka besar evaporasi yang terjadi di pan adalah sama dengan besarnya tinggi air yang ditambahkan dalam pan supaya mika air mencapai tinggi sudut standar ditambah tinggi hujan pada hari itu.
c.    Bila muka air naik dari standard ukur dan pada hari itu terjadi hujan, maka besarnya evaporasi yang terjadi di pan adalah sama dengan tinggi hujan yang terjadi hari itu dikurangi dengan tinggi air yang dibuang dari pan supaya muka air mencapai tinggi standar.

A. C. Cara Perhitungan
1.      Evaporasi dari permukaan air bebas
Perumusan dasarnya (Dalton) adalah sebagai berikut :
E=C(ew-ea)f(u) dimana :
   E = evaporasi dari permukaan air (open water)
   C = koefisien tergantung dari tekanan barometer
   u = kecepatan angin
   ew = tekanan uap jenuh muka air danau
   ea = tekanan uap udara di atasnya
2.      Neraca Air (water Budget)
Persamaan storage secara umum adalah sebagai berikut :
E=P+Si±Wo+So+∆S dimana :
    E = evaporasi
    P = total persipitasi
    Si = surface inflow (kalau ada)
    GWo = ground water out flow
    So = surface out flow
    ΔS = perubahan storage dipermukaan dan dibawah permukaan (sub surface)
   Perhitungan sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer tiga mangkok. Panjang lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan itu pada suatu waktu berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat dihitung : [(20x3)m/10 dt = 6 m/dt].



BAB VII
SUHU UDARA


A. Landasan Teori
         Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan molekul – molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda – benda lain atau menerima panas dari benda – benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi.
        Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
 Suhu menyatakan tingkat energi bahan rata-rata suatu benda. Ia dinyatakan dalam satuan derajat. Ada tiga macam satuan penggolongan suhu yang umum, yaitu sistim Reamur, sistem Fahreinheit, dan Celcius. Namun yang paling populer adalah yang disebut dua terakhir.
Dalam biosfer, suhu benda alami, beragam menurut tempat dan waktu yang disebabkan oleh perbedaan benda dalam menerima energi radiasi surya dan hasil pengaruh energi ini terhadap sekelilingnya. Menurut tempat ia ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan menurut lintang di bumi. Menurut waktu ia ditentukan oleh sudut inklinasi surya. Suhu udara bervariasi menurut tempat dan dari waktu ke waktu di permukaan bumi.
 Beberapa unsur yang mempengaruhi suhu secara horizontal di permukaan bumi antara lain :
1.      Letak lintang suatu tempat.
2.      Pengaruh arus laut
3.      Distribusi antara daratan dan lautanPenyebaran suhu udara menurut waktu dapat dikaji dalam dua pola :
·         Pola suhu diurnal (suhu udara setiap jam selama 24 jam)
·         Pola suhu udara rata-rata harian menurut bulanan dan tahunan.
(Dasar-dasrar Klimatologi 2000)

B. Prinsip Dan Cara Kerja Alat
      Dasar pengukuran suhu
Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat – sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer, misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu, pertama – tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu sifat fisik suatu benda tertentu. Kemudian diantara dua buah titik yang telah di tentukan tersebut di bagi – bagi dalam skala – skala, yang menunjukan derajat – derajat suhu. Skala – skala tersebut merupakan pembagian suhu dan bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x 10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke sepuluh.
  • Skala Suhu
Titik es adalah suhu dimana es murni mulai mencair di bawah tekanan dari luar 1 atmosfer standar (normal) yaitu tekanan yang dapat menahan berat sekolom air raksa setinggi 76 cm atau 1013,250 mb. Sedangkan yang dimaksud titik uap adalah suhu dimana air murni mulai mendidih dibawah tekanan dari luar 1 atmosfer standar.
Skala suhu yang biasa digunakan yaitu :
1.Skala Celsius, dengan titik es 0°C dan titik uap 100°C dan dibagi menjadi 100 bagian (skala).
2.Skala Fahreinheit, dengan titik es 32°F dan titik uap 212°F, dibagi menjadi 180 bagian (skala). 
  • Variasi Harian Suhu Permukaan
Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan – perubahan. Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan – lahan daripada di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya.






















BAB VI
KECEPATAN DAN ARAH ANGIN



A. Landasan Teori
        Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga segala kegiatan dipermukaan bumi tidak lepas dari pengaruh cuaca dan iklim. Ada 3 komponen yang saling pengaruh-mempengaruhi yaitu soil, plant, atmosphere (tanah-tumbuhan-atmosfir). Dalam dunia pertanian sasaran utamanya adalah mengelola tanaman beserta faktor lingkungannya untuk mendapatkan hasil yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
        Salah satu unsur cuaca seperti angin, dapat juga mempengaruhi hasil dari pertanian itu sendiri. Angin sangat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan dari tanaman tersebut, karena angin bisa membantu proses perkembangbiakan tanaman-tanaman pertanian. Angin sangat berpengaruh pada curah hujan suatu daerah, karena yang menentukan dimana hujan turun adalah angin yang menghembuskan awan mendung ke suatu daerah.
       Bentuk presiritasi terpenting di Indonesia adalah hujan karena pengaruhnya terhadap bidang pertanian sangat luas, curah hujan daerah satu dengan daerah yang lainnya berbeda-beda tergantung dari kondisi lingkungannya. Data hidrologi semacam curah hujan, sangat perlu untuk memperkirakan kabutuhan air di lahan pertanian. Ini terkait untuk mendukung program ketahanan pangan di daerah pertanian. Suburnya lahan pertanian di sebagian besar dataran sangatlah bergantung dari limpahan air hujan. Dengan adanya air hujan, diperkirakan sekitar 150 ton nutrisi jatuh ke Bumi setiap tahunnya. Selain itu, hujan akan menjamin ketersediaan air bagi kehidupan di Bumi. Pasalnya, air segar yang langsung dapat dikonsumsi manusia adalah berupa air hujan.
        Pada praktikum kali ini kita diperkenalkan alat untuk pengukuran arah dan kecepatan angin serta curah hujan. Anemometer untuk pengukuran arah dan kecepatan angin sedangkan Penakar Hujan Otomatis untuk mengukur curah hujan. Pengetahuan tentang alat dan kegunaannya akan semakin lengkap dan optimal dengan mengamati alat-alat tersebut dalam praktikum agroklimatologi.
        Angin merupakan suatu vektor yang mempunyai besaran dan arah. Besaran yang dimaksud adalah kecepatannya sedang arahnya adalah darimana datangnya angin. Kecepatan angin dapat dihitung dari jelajah angin (cup counter anemometer) dibagi waktu (lamanya periode pengukuran). Mengukur arah angin haruslah ada angin atau cup‑counter anemometer dalam keadaan bergerak.  (Anonim, 2010).
        Angin adalah gerak nisbi terhadap permukaan bumi. Gerak atmosfer terhadap
permukaan bumi ini memiliki dua arah yaitu arah horizontal dan arah vertikal. Kedua gerak atmosfer ini disebabkan oleh ketidaksetimbangan radiasi bersih, kelembaban
dan momentum di antara lintang rendah dan lintang tinggi di satu pihak dan di antara
permukaan bumi dan atmosfer di pihak lain (Prawirowardoyo, 1996).
        Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerak atmosfer itu sendiri yaitu topografi, distribusi antara permukaan daratan dan lautan, serta arus laut. Gerak atmosfer yang umum adalah gerak horizontal, karena daerah yang diliputinya jauh lebih luas dan kecepatan horizontalnya jauh lebih besar daripada vertikalnya. Akan tetapi yang merupakan sumber pembentukan awan konvektif dan curahan yang berperan penting dalam menentukan cuaca dan iklim adalah gerak vertikal.
        Perubahan cuaca di atas permukaan bumi pada dasarnya adalah hasil dari gerak atmosfer atau gerak udara, yaitu gerak yang dihasilkan oleh berbagai gaya yang bekerja pada paket udara. Adapun gaya utama penggerak angina yaitu gaya gradien tekanan, yang timbul karena adanya perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perbedaan suhu. Sedangkan gaya-gaya sekunder yang mempengaruhi angin yaitu gaya Coriolis (yang timbul karena adanya rotasi bumi), gaya sentrifugal dan gaya gesekan.
        Ada alat pengukur angin yang langsung mengukur kecepatanya. Jadi jarum penunjuk suatu kecepatan tertentu bila ada angin. Arah angin ditunjukan oleh wind-vne yng dihubungkan dengan alat penunjuk arah mata anginatau dalam angka. Angka 45 o arah angin dari laut, angka 90 o arah angin dari timur, angka 135 o arah angin dari tenggara, angka 180 o arah angin dari selatan, angka 225 o arah angin dari Barat daya, angka 270 o arah angin dari barat, angka 315 o arah angin dari Barat laut,  angka 360 o bearti arah angin dari utara.

B. Prinsip dan cara kerja
        Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkuk yang terdapat pada anemometer akan bergerak sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkuk-mangkuk tersebut, makin cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkuk-mangkuk. Dari jumlah putaran dalam satu detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometerterdapat alat pencacah yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian dicocokkan dengan Skala Beaufort.
  Prinsip kerja dari anemometer dapat diringkas sebagai berikut:
1.    Angin mengadakan tekanan yang kuat pada bagian baling-baling yang berbentuk cekung (mangkuk).
2.    Bagian yang cekung akan berputar ke satu arah.
3.    Poros yang berputar dihubungkan dengan dinamo kecil.
4.    Bila baling-baling berputar maka akan terjadi arus listrik yang besarnya sebanding dengan kecepatan putaran.
5.    Besarnya arus listrik dihubungkan dengan galvanometer yang telah ditera dengan satuan kecepatan dalam knots, m/detik, atau km/jam.
  Lamanya pengamatan maupun data hasil pencatatan biasanya disesuaikan dengan kepentingannya. Untuk kepentingan iklim umumnya dicari rata-rata kecepatan dan arah angin selama periode 24 jam (nilai harian). Berdasarkan nilai ini kemudian dapat dihitung nilai mingguan, bulanan dan tahunannya. Bila dinilai perlu dapat dilakukan pengamatan dengan interval waktu lebih pendek agar dapat diketahui rata-rata kecepatan angin pada periode pagi, siang, dan malam.
Cara pemakaian anemometer termal adalah sebagai berikut:
1.      Tekan tombol ON/OFF
2.      Akan tampil semua item pengukuran pada layar
3.      Pilih mode pengukuran yang diinginkan
4.      Tekan tombol HOLD untuk melihat hasil pengukuran

C. Cara Perhitungan

        Cara Kerja Anemometer adalah dengan adanya hembusan angin yang menegenai baling-baling pada perangkat. Putaran dari baling-baling tersebut akan di konversi menjadi sebuah besaran dalam bahasan matematika. Baling-baling pada anemometer digunakan sebagai alat reseptor atau yang menangkap suatu ransangan berupa hembusan angin, setelah baling-baling berputar maka hal inni akan menggerakkan sebuah alat yang akan mengukur kecepatan angin yang berhembus melalui putaran dari baling-baling dari anemometer. Jenis yang paling sederhana adalah Cup anemometer yang terdiri dari tiang vertikal dengan empat lengan horozontal menempel keatas. Piala yang melekat pada ujung empat lengan dan angin menyebabkan cup untuk memutar lengan sekitar tiang tengah. Cup anemometer rentan terhadap gesekan yang membuatnya kurang akurat dari dari pada versi yang lebih maju.


Gambar Sangkar cuaca (termometer bola basah & termometer bola kering)








C. Cara Perhitungan
     Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Empat macam termometer yang paling dikenal adalah Celsius, Reumur, Fahrenheit dan Kelvin. Perbandingan antara satu jenis termometer dengan termometer lainnya mengikuti:
C:R:(F-32) = 5:4:9 dan K = C + 273.(derajat)
Karena dari Kelvin ke derajat Celsius, Kelvin dimulai dari 273 derajat, bukan dari -273 derajat. Dan derajat Celsius dimulai dari 0 derajat. Suhu Kelvin sama perbandingan nya dengan derajat Celsius yaitu 5:5, maka dari itu, untuk mengubah suhu tersebut ke suhu yang lain, sebaiknya menggunakan atau mengubahnya ke derajat Celsius terlebih dahulu, karena jika kita menggunakan Kelvin akan lebih rumit untuk mengubahnya ke suhu yang lain.


DAFTAR PUSTAKA




Anonim, 2010. Kelembaban Udara. http://machohacker.wordpress.com. Diakses 31
               Mei 2010
Gabriel, 2001. Klimatologi Umum. ITB. Bandung
Sosrodarsono, Suyono (1999). “ Hidrologi untuk Pengairan”, Jakarta : PT Pradnya Paramita. Hal 27-55.
 Benjamin Lakitan, 1997. Dasar – Dasar Klimatologi. Rj Grfindo Persada. Jakarta
Bayong Tjsyono Hk, 2004. Klimatologi. ITB. Bandung
Marizal surya., Yulensri., “Buku Kerja Praktek Mahasisswa (BKPM), Klimatologi Pertanian, (Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, 2010 ).
Soemeinaboedhy, Nyoman I,2006.Agroklimatologi.UPT Universitas Mataram: Mataram.